SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras impor (JIBI/Bisnis/Dok.)

Solopos.com, SEMARANG – Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah atau Dishanpan Jateng menyebut Jateng saat ini tidak membutuhkan beras impor.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dishanpan Jateng, Agus Wariyanto, menanggapi rencana pemerintah yang akan melakukan impor beras.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Agus, stok pangan di Jateng, terutama komoditas beras sepanjang 2021 ini masih terbilang aman. Catatan Dishanpan Jateng sejak Januari-Maret 2021, kebutuhan beras di Jateng mencapai 1.022.533 ton. Sementara, ketersediannya mencapai 2.542.524 ton beras.

“Jadi masih ada surplus sekitar 1.519.986 ton. Itu belum lagi ditambah pasokan bulan April nanti saat musim panen raya. Jadi, Jateng tidak perlu impor beras karena cadangan pangan cukup,” tutur Kepala Dishanpan Jateng, Agus Wariyanto, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (24/3/2021).

Baca juga3 Pencuri Traktor Lintas Daerah dan 1 Penadah Dibekuk Polres Rembang

Selain ketersediaan sepanjang 2021, Jateng lanjut Agus juga masih memiliki stok atau cadangan beras dari tahun lalu. Sepanjang 2020 lalu, Jateng bahkan mencatatkan surplus hingga 2,8 juta ton, di mana ketersediaan mencapai 6.158.632 ton, sedangkan kebutuhan sekitar 3.298.429 ton.

Agus menilai daripada memikirkan soal impor beras, ada baiknya pemerintah lebih mementingkan penyerapan gabah petani. Hingga saat ini, serapan gabah petani oleh Perum Bulog masih terbilang minim. Dari target 204.000 ton, baru terserap sekitar 22.364 ton, atau 10,96 persen.

“Daripada memikirkan impor beras, justu yang harus dioptimalkan adalah konsentrasi untuk menolong petani agar harga gabah tidak jatuh. Sehingga, NTP [nilai tukar petani] di Jateng naik. Kesejahteraan petani agar semakin tinggi dan makin sejahtera,” beber Agus.

Baca jugaDuh, Kongres HMI Ricuh Sampai Lempar Kursi, Enam Peserta Ditangkap Polisi

Penurunan NTP

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), NTP di Jateng pada bulan Februari lalu mengalami penurunan sekitar 0,6 persen. Penurunan NTP itu disebabkan indeks harga yang diterima petani turun sekitar 0,20 persen. Sementara, indeks harga yang dibayarkan petani naik sekitar 0,41%

Subsektor yang mengalami penurunan NTP antara lain tanaman pangan seperti beras, tanamanan perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Sedangkan yang mengalami kenaikan adalah sektor hortikultura.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya