SOLOPOS.COM - Kabid Pembinaan Kebudayaan Disdikbud Sragen Johny Adhi Aryawan mendigitalisasi naskah kuno milik warga di Dukuh/Desa Karanganom, Sukodono, Sragen, Kamis (7/10/2021). (Istimewa/Disdikbud Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen mendigitalisasi naskah kuno berupa manuskrip berhuruf Jawa milik warga. Disdikbud mencatat ada enam manuskrip yang ditemukan selama 2018-2021 dan sudah didigitalisasi dengan alat digitalisasi hasil modifikasi sendiri.

Naskah terakhir yang didigitalisasi milik Wahyono, perawat naskah di Dukuh/Desa Karanganom, Sukodono, Sragen, Kamis (7/10/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kabid Pembinaan Kebudayaan Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan, mengatakan membangun budaya literasi itu tidak hanya membuat masyarakat melek baca tulis. Tetapi juga menyediakan bahan pustakanya. Dia menerangkan digitalisasi manuskrip kuno itu bagian dari menyediakan bahan pustaka yang bisa dimanfaatkan untuk pengetahuan publik.

Ekspedisi Mudik 2024

Johny menemukan warga yang merawat naskah kuno warisan keluarga turun-temurun di Karanganom, Sukodono.

Baca Juga: Cerita di Balik Mutasi 265 Pejabat Sragen, Ada yang Nitip Orang

“Naskah itu ditulis tangan dengan tulisan Jawa gaya baru. Setelah naskah itu didigitalisasi, kami akan menindaklanjuti dengan melakukan alih aksara sehingga memudahkan bagi publik untuk memahami isinya. Digitalisasi dan alih aksara itu merupakan upaya pelindungan terhadap manuskrip sekaligus melestarikan khasanah budaya di Sragen,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Jumat (8/10/2021).

Johny menerangkan naskah dari warga Karanganom itu masih diselidiki isinya dan tahun pembuatannya karena ada bagian halaman awal sobek di masa lalu. Tebal naskahnya sekitar 80 lembar dengan kualitas kertas lama (deluwang). Dia menyebut naskah dari Karanganom itu merupakan naksah keenam yang didigitalisasi Disdikbud sejak 2018 lalu.

“Kami tidak memiliki alat digitalisasi yang canggih karena harganya mahal, mencapai Rp30 jutaan. Kami merakit dengan modifikasi sendiri menggunakan kamera digital atau dengan ponsel yang memiliki spesifikasi lensa resolusi tinggi. Kitab lain yang sudah didigitalisasi itu di antaranya Maulid Qashar, Anbiya Pelemgadung, Tembang Macapat, Palupi Rupi, dan dua naskah yang belum diketahui judulnya,” ujarnya.

Baca Juga: Curi Rokok, Residivis Kambuhan Ramai-Ramai Ditangkap Warga Sragen

Johny menerangkan selain itu juga ditemukan serat kekancingan dan korespondensi K.R.M.T. Wuryaningrat. Dia mengatakan dengan semboyan tiada rotan akar pun jadi maka digitalisasi itu bisa terlaksana.

“Digitalisasi itu dilakukan supaya naskah tidak rusak. Kami sudah pernah mengajukan anggaran pengadaan alat tetapi belum disetujui. Saat digitalisasi harus pakai sarung tangan dan masker karena embusan napas dan keringat bisa berisiko merusak naskah. Serpihan jamur pada kertas juga bisa terhirup ke paru-paru,” ujarnya.

Dari hasil digitalisasi naskah itu, Johny pernah mengajukan naskah Maulid Qashar Haji Imam Tabbri Sudha Kuta sebagai warisan budaya tak benda dari Sragen ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya