SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS (fresnoaidswalk.org)

Solopos.com, KARANGANYAR — Tahun baru 2021 sudah dua bulan berlalu, namun Dinas Kesehatan Karanganyar baru merilis data temuan kasus tebaru human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome alias HIV/AIDS. Dinkes Karanganyar menemukan 56 kasus baru HIV/AIDS selama tahun 2020 silam.

Penekanan angka tersebut diakui masih jauh dari harapan. Kasi P2P Dinkes Karanganyar, Sri Winarno, mengatakan pelacakan kasus baru HIV/AIDS merupakan upaya untuk mengantisipasi dan mengendalikan penyakit menular langsung di Karanganyar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meskipun begitu, dia mengatakan terdapat beberapa kendala terkait pelacakan kasus HIV/AIDS di Karanganyar selama wabah Covid-19 berlangsung.

Baca Juga: Peluang Bisnis Air Minum Isi Ulang

“Untuk HIV/AIDS kami sudah berusaha semaksimal mungkin dalam pelacakan kasus baru. Karena untuk mengendalikan penyakit menular langsung itu, perlu mencari tahu siapa saja yang kena untuk mengantisipasi agar tidak menular ke orang lain. Tapi karena sedang Covid-19, pelacakan agak terkendala karena anggaran dan tenaga untuk pelacakan HIV/AIDS tersita semua untuk pengendalian wabah Covid-19,” jelas Winarno kepada Solopos.com, Senin (8/3/2021).

Sedangkan berdasarkan data dari BPS yang terangkum dalam laporan Karanganyar dalam Angka 2020, terdapat 100 kasus baru HIV/AIDS. Menurut Winarno, angka tersebut kemungkinan besar merupakan hasil pelacakan pada tahun 2019. Berdasarkan data dari laporan BPS Karanganyar, tercantum angka komulatif kasus HIV/AIDS di Karanganyar sebanyak 717 orang.

BPS Masih 2019?

“Kalau dari angka BPS Karanganyar itu kemungkinan besar hasil pendataan tahun 2019. Karena dari kami untuk 2020 itu total hasil pelacakan yang positif HIV/AIDS baru ada 56 orang. Memang lebih sedikit dan masih jauh dari yang diharapkan karena kendala yang saya sebutkan tadi,” imbuh dia.

Untuk pelacakan dan pengecekan medis, Dinkes Karanganyar menargetkan 100 persen ibu hamil wajib menjalani voluntary counselling and testing (VCT). Selain itu, pihaknya juga menargetkan 100 persen VCT untuk golongan berisiko seperti gay, waria, PSK, pecandu narkoba suntik, serta penghuni lapas. Namun diakui, golongan berisiko seperti gay dan waria sulit untuk dilacak dan dipersuasi untuk bersedia menjalani VCT.

Baca Juga: Ini Permintaan SBY ke Jokowi...

“Kalau ibu hamil sudah pasti periksa ke puskesmas dan pasti menjalani VCT. Yang susah itu kalau yang golongan masyarakat berisiko lainnya. Kami ada tim penjangkau yang bisa masuk ke mereka, tapi memang untuk mendorong agar mau VCT itu susah sekali karena untuk uji ini harus karena sukarela bukan dipaksa,” ungkap dia.

Oleh karena itu, Winarno mengimbau kepada golongan masyarakat berisiko tinggi di Karanganyar agar mau sukarela dalam menjalani VCT. Sehingga, persebaran virus HIV/AIDS di Karanganyar bisa dikendalikan. Hal ini lantaran fenomena kasus HIV/AIDS dinilai seperti gunung es karena masyarakat yang kurang terbuka.

“Apalagi untuk VCT itu biayanya ditanggung pemerintah. Jadi sebisa mungkin kami imbau agar mau sukarela rutin cek kesehatan bagi orang-orang berisiko tadi,” kata dia.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya