SOLOPOS.COM - Kondisi arus lalu lintas di Simpang Tiga Tugu Lilin yang menjadi penghubung wilayah Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo-Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Wilayah Kecamatan Kartasura dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Sukoharjo. (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO – Wilayah Kecamatan Gatak dan Kecamatan Kartasura menjadi kawasan yang diprioritaskan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Sukoharjo. Langkah strategis ini dilakukan agar penataan tata ruang di dua daerah itu tak semrawut.

Kepala Bidang (Kabid) Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bapelbangda Sukoharjo, Agus Purwantoro, mengatakan wilayah Kecamatan Gatak dan Kecamatan Kartasura butuh penataan ruang secara terperinci. Kedua daerah itu terletak di kawasan satelit atau penyangga Kota Solo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Penataan ruang di wilayah Kecamatan Gatak dan Kartasura harus dimulai dari sekarang. Jika tak segera dilakukan, tata ruang di kedua daerah itu bakal kian semrawut,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (14/4/2021).

Baca Juga: Bank Panin dan BRI Pastikan Segera Cabut dari Aceh, Ada Apa?

Pelaku usaha dan masyarakat mengincar wilayah berkembang di kawasan satelit Kota Solo seperti Gatak dan Kartasura. Para developer membuka usaha properti dan perumahan. Sedangkan para pengusaha yang bergerak di bidang lainnya melakukan hal serupa dengan pertimbangan potensi bisnis yang menggiurkan.

Begitu pula dengan para pendatang yang mengincar hunian di kawasan satelit Kota Solo. Mereka memilih rumah yang lokasinya tak jauh dari kantor di Kota Bengawan. “Hampir setiap hari, arus lalu lintas yang melewati Simpang Tugu Lilin, Pajang hingga Stasiun Gawok, Gatak selalu ramau. Ini bukti konkrit pesatnya pertumbuhan perekonomian wilayah,” ujar dia.

Dampak

Agus menyebut beragam dampak wilayah berkembang tanpa pengendalian tata ruang. Misalnya, kepadatan ketidakteraturan bangunan, minimya ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan hujan dan polusi udara, akses jalan kecil di kawasan permukiman penduduk, hingga bersinggungan dengan sanitasi, sampah dan drainase jalan.

Karena itu, pemerintah bakal memprioritaskan penyusunan tata ruang di wilayah Gatak dan Kartasura. “Jumlah perumahan di wilayah Kartasura mungkin lebih dari 100. Tidak ada jarak antarrumah penduduk. Hampir mirip dengan kondisi di Kota Solo. Jumlah penduduk yang terus bertambah berimplikasi pada ruang kota,” papar Agus.

Sejatinya, Pemkab Sukoharjo telah mengusulkan pembangunan jembatan layang atau fly over di sekitar Bundaran Kartasura ke pemerintah pusat pada beberapa tahun lalu. Fly over dinilai menjadi solusi mengatasi kepadatan arus lalu lintas di sekitar Bundaran Kartasura yang makin semrawut.

Dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengerjaan pembangunan fly over cukup besar. Hanya pemerintah pusat yang mampu membiayai proyek tersebut. Usulan pembangunan fly over Bundaran Kartasura kandas lantaran belum masuk proyeksi pemerintah pusat.

Baca Juga: Pizza Domino's Luncurkan Robot untuk Kirim Makanan

“Belum lagi proyek pembangunan tol Solo-Jogja sepanjang 91,93 kilometer senilai Rp26 triliun yang segera dibangun. Jadi proyek fly over Bundaran Kartasura belum bisa direalisasikan,” tutur dia.

Seorang warga Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Nanang, mengatakan kondisi arus lalu lintas di sekitar Bundaran Kartasura makin parah saat pagi hari dan malam hari. Saat libur Lebaran, terjadi kemacetan arus lalu lintas hingga lebih dari berkilo-kilo meter lantaran peningkatan volume kendaraan bermotor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya