SOLOPOS.COM - Ilustrasi pedagang sembok. (Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO — Pemerintah melarang peredaran minyak goreng curah di pasaran mulai 1 Januari 2020. Menanggapi hal tersebut, para pedagang kebutuhan pokok maupun makanan di Kota Solo keberatan.

Kebijakan tersebut dinilai semakin memberatkan masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah. Harganya yang lebih murah daripada minyak goreng kemasan menjadikan minyak goreng curah pilihan utama masyarakat baik untuk dijual maupun dipakai memasak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pedagang sembako Pasar Legi, Maryani, mengaku terkejut dengan kebijakan pemerintah melarang peredaran minyak goreng curah. Minyak goreng ini lebih tinggi peminatnya daripada minyak goreng kemasan.

“Minyak goreng curah itu bisa terjual rata-rata 30 kg [30 liter] sehari. Sementara yang kemasan belum tentu tiga hari 12 liter habis. Selisihnya jauh kan,” katanya kepada wartawan, Senin (7/10/2019).

Baca juga:

Dikira Kabur, Sopir Mobil Penabrak Motor di Pasar Kliwon Solo Ternyata Lapor Polisi

Tak Tahan Asap, 4 Keluarga di Mojosongo Solo Mengungsi

Penutup Saluran Air Flyover Manahan Solo Jadi Perhatian Legislator, Kenapa?

Maryani menambahkan minyak goreng curah saat ini dijual Rp10.000/liter, sementara minyak goreng kemasan sekitar Rp12.000/liter. Menurutnya, selisih harga sekitar Rp2.000 ini menjadi pertimbangan masyarakat atau konsumen memilih minyak curah.

Terlebih jika mereka butuh minyak goreng dalam jumlah banyak untuk usaha kuliner seperti warung makan, restoran, atau saat hajatan.

Penjual ayam geprek dan kremes di Manahan, Surati, keberatan dengan kebijakan tersebut. Ia kerap membeli minyak goreng dalam jumlah banyak untuk menggoreng ayam.

“Kalau dipaksa membeli minyak goreng kemasan, mahal selisihnya. Apalagi saya setiap hari menggoreng pakai minyak. Kalau dihitung selisih Rp2.000 per liter ya banyak,” ungkapnya.

Ia mengaku bisa menghabiskan minyak goreng curah sebanyak 30 liter dalam sehari. Di sisi lain, ia tak mungkin menaikkan harga dagangannya akrena bias dikomplain hingga kehilangan pelanggan.

“Kalau harga naik tentu saya harus menyesuaikan harga menunya. Nanti saya diprotes pelanggan,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya