SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemeriksaan mata (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Penyakit glaukoma selamaini dijuluki Si Pencuri Penglihatan. Mengkhawatirkannya, penyebab glaukoma sebagian besar tidak diketahui awal mulanya.

Selain itu, penyakit glaukoma tidak dapat disembuhkan, namun bisa dikontrol untuk mencegah kerusakan lebih parah. Kementerian Kesehatan dalam Situasi Glaukoma di Indonesia 2019 menyatakan glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua di dunia setelah katarak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Disebutkan pada 2010, jumlah penderita glaukoma di seluruh dunia mencapai 60,5 juta individu. Kejadian glaukoma secara global diperkirakan mencapai angka 76 juta pada 2020 dan menjadi 111,8 juta pada 2040.

Glaukoma merupakan penyakit kerusakan pada saraf mata yang menyebabkan menyempitnya lapangan pandang dan hilangnya fungsi penglihatan. Faktor risiko utama yang menyebabkan glaukoma adalah peningkatan pada bola mata.

Pemasukan Ratu Elizabeth dari Wisata Istana Melorot

”Glaukoma pada umumnya tidak memiliki gejala yang jelas. Jika tidak segera ditangani, glaukoma akan menyebabkan openurunan penglihatan irreversible [tidak dapat kembali seperti semula] yang dapat menuju kebutaan,” sebut Kemenkes di dokumen itu.

Di Indonesia, menurut Riskesdas 2007, prevalensi glaukoma sebesar 0,46%. Artinya, 4-5 0 rang dari 1.000 penduduk Indonesia menderita glaukoma. Sedangkan berdasarkan data aplikasi rumah sakit (SIRS) online, jumlah kunjungan glaukoma pada pasien rawat jalan di RS selama 2015-2017 mengalami peningkatan.

Bila pada 2015 ada 65.774 kunjungan pasien glaukoma, pada 2017 melonjak menjadi 427.091 kunjungan. Pada 2017, jumlah kasus baru glaukoma pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 80.548 kasus.

Cairan Bola Mata

Kemenkes menjelaskan di dalam bola mata terdapat cairan yang berfungsi untuk memberikan nutrisi pada organ dalam bola mata. Cairan ini diproduksi dan dikeluarkan kembali dalam siklus yang seimbang sehingga tekanan pada bola mata tetap terjaga normal.

Kasus DBD Karanganyar: Waspada! Colomadu Masih Yang Tertinggi

Namun, pada mata penderita glaukoma, siklus cairan ini tidak seimbang dimana cairan diproduksi tetapi terdapat masalah dalam saluran pengeluaran.

Hal ini menyebabkan tekanan pada bola mata meningkat sehingga terjadi penekanan pada papil saraf optik. Jika hal ini terus menerus terjadi, kerusakan saraf mata tidak dapat dihindari.

Kerusakan pada saraf mata pusat baru akan terjadi dalam jangka waktu yang lama dan akan semakin berat. Kerusakan saraf ini menyebabkan penyempitan lapangan pandang.

Biasanya bermula dari sisi tepi sehingga penderita tidak mengalami keluhan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

”Penyempitan ini terjadi secara bertahap hingga akhirnya penderita hanya seperti melihat dari lubang kunci. Pada tahap selanjutnya glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.”

Trump Positif Covid-19, Ini Desakan Petinggi WHO…

Disebutkan glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer dan sekunder. Glaukoma primer adalah penyakit glaukoma yang tidak berhubungan dengan kelainan mata lainnya atau sistemik.

Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya dan merupakan jenis glaukoma terbanyak secara global. Sedangkan penyebab glaukoma sekunder berhubungan dengan kelainan atau penyakit pada mata atau sistemik lain.

Dr. Virna Dwi Oktariana dari RSCM Jakarta menyebutkan penyebab glaukoma primer ada beberapa faktor seperti faktor umur, riwayat keluarga (keturunan) dan, bersifat kronis (mendadak).

Sementara penyebab glaukoma sekunder bisa berasal dari trauma, obat, peradangan bola mata, katarak hipermatur (katarak yang tidak kunjung dioperasi), dan penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi, dan anemia berat.

Mayoritas Stadium Lanjut

Kemenkes menyatakan sebagian besar penderita glaukoma di Indonesia belum terdeteksi dan terdiagnosis. Hal ini mengakibatkan banyak pasien glaukoma yang belum mendapatkan perawatan yang tepat.

Gantikan Kotak Kosong, Wanita Tukang Bersih-Bersih Menang Telak di Pilkada

Penyebab kondisi ini adalah gejala glaukoma seringkali tidak disadari penderita atau menyerupai gejala penyakit lain. Kebanyakan penderita glaukoma baru terdiagnosis ketika telah berada di stadium lanjut, ataupun telah terjadi kebutaan total.

Menurut Virna cara sederhana untuk mengecek glaukoma adalah dengan membandingkan luas pandang mata sebelah kanan dan kiri. Bandingkan mata kanan dan mata kiri dilihat sama luasnya atau tidak.



”Kalau luas pandangannya sama berarti tidak apa-apa, tapi bila berbeda berarti harus hati-hati,” jelas Vina sebagaimana dikutip dari laman Kemenkes.

Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes di laman mereka menyebutkan ada beberapa faktor yang perlu diwaspadai terkait penyakit glaukoma seperti mata minus pada anak-anak, ukuran kacamata yang ekstrem, faktor usia, dan faktor keturunan.

Banyak Kasus Kecanduan, Mesir Keluarkan Fatwa Larangan Bermain PUBG

Selain itu, faktor ras juga turut memengaruhi. Ras Asia dan Afrika memiliki faktor risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan ras kaukasia.

Meski penyebab glaukoma primer secara pasti belum diketahui, ada beberapa tanda untuk mengenali glaukoma. Misalnya sakit mata yang parah, penglihatan yang terus memburuk, dan kemerahan pada mata.

”Sakit mata yang disertai mual dan muntah adalah beberapa tanda yang perlu Anda waspadai. Selain itu perhatikan juga saat Anda melihat lampu.Jika Anda melihat pelangi dan mata terasa sakit, kemungkinan itu karena glaukoma.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya