SOLOPOS.COM - Kunjungan pemilik Taman Safari Indonesia, Hans Manangsang, menemui Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka di Loji Gandrung, Solo, Selasa (22/2/2022). (Solopos/Mariyana Ricky PD)

Solopos.com, SOLO — Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo mendapat suntikan dana dari investor dengan nilai sekitar Rp20 miliar dalam waktu dekat. Investor tunggal pemilik Taman Safari Indonesia itu akan merombak total Solo Zoo menjadi lebih modern.

Salah satunya membagi kawasan menjadi tujuh zona dan menghilangkan pagar atau kerangkeng hewan-hewan koleksi. Direktur Utama TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santosa, mengatakan status TSTJ yang saat ini perusahaan milik daerah (perumda) bakal kembali dibahas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau badan usaha milik daerah [BUMD] kan pilihannya dua, perumda seperti sekarang ini atau perusahaan perseroan daerah [perseroda],” kata Bimo kepada wartawan di Rumah Dinas Loji Gandrung, Selasa (22/2/2022).

Baca Juga: Garap TSTJ Solo, Ini 5 Tempat Wisata Milik Taman Safari Indonesia

Untuk mengubah status perumda menjadi perseroda atau tetap menjadi perumda, Bimo mengatakan akan berkoordinasi dengan Bagian Perekonomian Setda Solo. “Mereka kemudian membuat analisis akademik, yang lantas diundangkan, ini masih proses,” ujarnya.

Bimo menyampaikan status perumda saat ini tetap memungkinkan bagi investor untuk menanamkan modal dalam bentuk kerja sama. Namun, bentuk kerja sama antara TSTJ dengan investor itu akan dibicarakan lebih lanjut saat penyusunan desain.

Kemampuan Bertahan

“Revitalisasi bekerja sama dengan Taman Safari Indonesia ini memang memungkinkan, tanpa perlu TSTJ mengubah statusnya sebagai perumda,” imbuhnya. Pascarevitalisasi, ia bakal menyesuaikan jumlah pegawai mengingat jumlah koleksi satwa yang pasti bertambah.

Baca Juga: Ini Dia Investor TSTJ Solo, Ternyata Pemilik Taman Safari Indonesia!

“Situasi normal [karyawan TSTJ] sebanyak 120 orang, saat ini menyusut jadi 80-an ekor. Jumlah satwa jelas ditambah, salah satunya mendukung perkembangbiakan, mencarikan jodohnya,” jelas Bimo.

Salah satu alasan Taman Safari Indonesia bersedia menyuntikkan modal, adalah kemampuan TSTJ bertahan di tengah Pandemi Covid-19, di mana banyak kebun binatang lain yang kolaps. Pada 2020, TSTJ merugi Rp1,5 miliar, kemudian pada 2021 mampu menangguk untung Rp150-an juta.

Kendati kecil, tak semua kebun binatang bisa untung saat pembatasan destinasi wisata. Sederet langkah dilakukan TSTJ guna menggaet wisatawan, di antaranya promosi di media sosial, serta menggandeng sejumlah perusahaan swasta.

Baca Juga: Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Bogor Dibuka Kembali pada PPKM Level 3

Tingkat Kunjungan Wisata

Rerata tingkat kunjungan harian sebelum Pandemi menyentuh 500-600 orang pada hari biasa dan akhir pekan antara 4.000-6.000 pengunjung. Sedangkan saat ini, 300-400 orang di hari biasa dan 2.000-3.000 orang pada akhir pekan.

“Untung yang kami dapatkan sebelum Pandemi itu pada 2017-2018 sekitar Rp1,4 miliar. Ya, harapannya, investor bisa menambah jumlah pengunjung, sekaligus keuntungannya,” harap Bimo.

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menyebut kerja sama antara TSTJ dengan Taman Safari Indonesia telah menjadi program sejak beberapa tahun lalu namun urung.

Baca Juga: Wuih Keren! Begini Desain Penataan TSTJ Solo yang Dibocorkan Gibran

Ia pun sempat menawarkan pola kerja sama ke berbagai pihak, sebelum akhirnya Direktur Taman Safari Indonesia, Hans Manansang, menyampaikan ketertarikannya.

Kendati dirombak total, ia bakal mempertahankan sejumlah ikon kebun binatang di dekat Sungai Bengawan Solo itu, di antaranya Taman Gesang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya