SOLOPOS.COM - Wakil Ketua Persatuan Sopir Truk Indonesia (PSTI) Klaten, Ardian, saat berswafoto di pos polisi di dekat Masjid Agung Al Aqsha Klaten, Kamis (31/5/2022) malam. Ardian menemukan Meyda Tiara Kusuma Wardani, 16, seorang remaja perempuan Wonogiri yang hilang hampir setahun lalu di SPBU di Klaten. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Wonogiri mendampingi Meyda Tiara Kusuma Wardani, 16, remaja Wonogiri yang sempat hilang setahun lalu. Awal kepergian Meyda erat kaitannya dengan kondisi yang tidak nyaman di lingkungan keluarga.

Pendamping pemulihan psikis dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Wonogiri, Ririn Riyadiningsih, mengatakan Gatot Subroto selaku ayah Meyda diketahui terlalu keras dalam mendidik anak. Hal itu pun juga diketahui sebagian masyarakat di lingkungan rumah Meyda.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kasus yang dialami Meyda mesti menjadi pelajaran bagi semua orang tua. Pola didik anak di masa sekarang tidak bisa disamakan dengan masa dahulu.

Baca Juga: Pelacakan Guru Silat Meyda Remaja Wonogiri hingga Cek Nomor Rekening

“Tidak bisa serta merta harus dengan kemauan orang tua. Tapi bagaimana komunikasi dua arah antara orang tua dan anak yang harus seimbang. Semisal kemauan anak tidak sesuai dengan harapan, orang tua cukup mengarahkan saja. Tidak harus dengan kekerasan,” kata Ririn, kepada Solopos.com, Rabu (6/4/2022).

Ririn mengatakan Gatot Subroto memiliki alasan tersendiri harus bersikap keras dengan anaknya. Salah satunya, Meyda dinilai sering pulang ke rumah di malam hari. Hal itu membuat Gatot Subroto jengkel. Gatot Subroto sering berbicara keras di hadapan Meyda. Bahkan saat Meyda bersama dengan teman-temannya.

Ririn mengatakan seringnya anak pulang malam mengindikasikan belum adanya pola didik yang pas. Meyda yang berulang kali pulang malam tak memiliki arahan agar membuat dia nyaman.

Baca Juga: Masih Trauma, Remaja Hilang Wonogiri Pilih Tinggal di Rumah Nenek

Justru yang didapat berupa perilaku kasar dari orang tua. Hal tersebut bertentangan dengan jiwa si anak. Akibatnya, Meyda lebih memilih pergi ke rumah neneknya di Kecamatan Girimarto sebagai tempat tinggal sementara.

“Dia lebih nyaman di sana dan itu tidak masalah. Kami juga terus memberi motivasi bahwa boleh nyaman tetapi harus bisa berpikir apa yang harus dilakukan ke depan. Tidak boleh terus berdiam diri,” imbuhnya.

Enam Bulan

Selaku pendamping dari P2TP2A Wonogiri, Ririn menawari Meyda mengikuti pelatihan guna mengobati mentalnya selama enam bulan di sebuah asrama di Sukoharjo. Hal itu perlu dilakukan karena Meyda tak bisa hanya berdiam diri di rumah untuk mengobati traumanya.

Baca Juga: Buru Guru Silat Meyda Remaja Wonogiri, Polisi Obok-Obok Daerah Ini

Sebagaimana diketahui, Meyda dinyatakan hilang sejak, Minggu (16/5/2021). Hilangnya Meyda sejak setahun lalu diketahui erat kaitannya dengan pelatih silatnya, Nurhayadi. Meyda ditemukan seorang juragan truk asal Jatinom, Ardian di SPBU Jonggrangan, Klaten, Kamis (31/3/2022) malam.

“Waktu itu, saya minta dia menghubungi anggota keluarganya di Wonogiri. Tapi, dia enggak berani karena takut. Saat bertemu dengan saya, dia menangis,” kata Ardian, kepada Solopos.com, Jumat (1/4/2022) pagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya