SOLOPOS.COM - ilustrasi (Solopos Dok)

Solopos.com, JAKARTA — Negara Sri Lanka saat ini sedang dilanda krisis ekonomi yang menyebabkan krisis pangan, bahan bakar hingga pemadaman listrik.

Dilansir dari Junkee pada Kamis (23/6/2022), Menteri Luar Negeri Sri Lanka, Penny Wong mengatakan bantuan keuangan akan membantu memenuhi kebutuhan pangan, perawatan kesehatan, dan bahan bakar yang mendesak bagi negaranya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Krisis ekonomi Sri Lanka terjadi pada 2019 akibat tumpukan utang luar negeri yang besar, lalu diperburuk oleh pandemi Covid-19 pada awal 2020 yang menghancurkan industri pariwisata, hingga akhirnya ekonomi Sri Lanka bergerak menuju inflasi.

Dengan kondisi ekonomi yang tak kunjung membaik, membuat perdana Menteri sebelumnya, yaitu Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri akibat protes besar-besaran yang dilakukan warga Sri Lanka.

Dua hari setelah pengunduran diri Perdana Menteri pada 9 Mei, terjadi kerusuhan antara warga sipil, warga pro-pemerintah dan aparat. Hingga akhirnya pemerintah mengirim militer dengan perintah tembak di tempat untuk mengekang kerusuhan sipil.

Baca Juga: Krisis Global Membayangi, Negara Mana Punya Utang Terbanyak di Dunia?

Penderitaan Sri Lanka pun terus berlanjut dengan menghadapi pemadaman listrik, akses media sosial terbatas dan jam malam yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir.

Sementara itu, nilai rupee Sri Lanka masih sangat rendah sehingga orang tidak mampu membeli kebutuhan dasar atau mengakses layanan. Akhirnya pada Jumat (17/6/2022) Sri Lanka mengumumkan bahwa mereka hanya memiliki stok bahan bakar hanya untuk lima hari saja dibarengi kekurangan kebutuhan pokok yang membuat hampir 22 juta penduduknya berada dalam kesulitan.

Terlepas dari adanya krisis ekonomi di Sri Lanka, tur kriket di negara itu terus berlangsung. Australia yang memiliki hubungan baik dengan Sri Lanka secara terbuka menyatakan keprihatinan pada akhir Mei atas situasi tersebut, tetapi akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pertandingan di ibu kota Kolombo.

“Para pemain sangat menyadari situasi di Sri Lanka dan wajar untuk mengatakan ada tingkat ketidaknyamanan di sekitar tur dalam kondisi yang kontras dengan yang dihadapi oleh orang-orang Sri Lanka, seperti kenaikan harga pangan, pemadaman listrik, dan penjatahan bahan bakar,” kata CEO Asosiasi Kriket Australia Todd Greenberg saat itu.

Baca Juga: Perang Ukraina Berlanjut, Ketum Kadin Ajak Antisipasi Krisis Global

Penyelundupan 300 Lebih Warga Sri Lanka ke Australia

Lebih dari 300 warga Sri Lanka telah berusaha mencapai Australia selama beberapa pekan terakhir, termasuk dua kapal yang tiba di perairan Australia pada hari Pemilihan Federal.

Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese mempertimbangkan lonjakan pengungsi Sri Lanka yang meninggalkan negara mereka secara ilegal tidak akan menetap di negaranya karena mereka memiliki sistem Operasi Perbatasan Berdaulat.

Anthony menambahkan Australia akan menjaga kewajiban internasionalnya untuk melakukan hal yang benar, dalam upayanya untuk menghentikan penyelundupan manusia, ia akan memberikan 4000 GPS kepada pihak berwenang Sri Lanka untuk ditempatkan di kapal penangkap ikan untuk menghentikan kapal jika digunakan oleh penyelundup manusia.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul: Ini Penyebab Krisis Ekonomi Sri Lanka

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya