SOLOPOS.COM - Mahasiswa UKSW sedang demo membuat pancake dari tepung porang. (Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG — Warga Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang dilatih untuk mengolah porang menjadi tepung dan produk turunannya seperti bakso hingga nugget.

Kegaitan ini bagian dari pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan Program Studi (Prodi) Teknologi Pangan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

Menyasar kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Kelompok Tani Desa Kadirejo telah dilakukan pelatihan produksi porang menjadi tepung dan produk turunannya seperti nugget, bakso, serta pancake.

Pelatihan yang melibatkan 12 mahasiswa dan 7 dosen Prodi Teknologi Pangan ini diikuti oleh 50 peserta. Pelatihan ini berangkat dari keresahan para petani karena porang tidak terserap pasar dan dibiarkan begitu saja di lahan pertanian.

Baca Juga: Sempat Jadi Primadona, Harga Jual Porang Kini Anjlok hingga Pusingkan Petani

Dijelaskan Dhanang Puspita, M.Si., salah satu dosen yang terlibat dalam kegiatan ini, selama ini Prodi Teknologi Pangan memiliki fokus riset dari bahan pangan lokal. Oleh sebab itu, saat memperoleh tawaran kerja sama dari Pemerintah Desa Kadirejo, pihaknya menyambut baik.

“Desa Kadirejo di Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang menjadi salah satu sentra pertanian porang, petani-petani di sana mengeluh karena porang tidak terserap pasar. Hal ini salah satunya disebabkan karena para petani tidak memiliki bekal dalam pengolahan tanaman jenis umbi-umbian ini menjadi produk makanan. Porang sendiri memiliki kandungan kalsium oksalat yang menyebabkan gatal dan proses pengolahannya relatif sulit,” imbuh Dhanang Puspita.

Dijelaskannya tahap awal dari kerja sama ini adalah melakukan riset tentang pengolahan porang. Pihaknya bersama dengan tim PkM, kemudian mengolah tanaman bernama latin Amorphophallus muelleri tersebut menjadi tepung agar memiliki masa simpan yang lebih lama dan bisa dimanfaatkan untuk produk turunan pangan.

Baca Juga: Sempat Jadi Primadona, Harga Jual Porang Kini Anjlok hingga Pusingkan Petani

Tantangan Mengolah Porang

 

porang
Prodi Teknologi Pangan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UKSW memberikan pelatihan mengolah porang menjadi inovasi pangan. (Istimewa)

Proses untuk mengolah porang menjadi tepung menjadi tantangan tersendiri. Dhanang menyatakan hal ini dikarenakan kandungan kalsium oksalat porang cukup tinggi yang berakibat akan menimbulkan rasa gatal di mulut dan tenggorokan saat dikonsumsi.

Dilanjutkannya, fermentasi adalah teknik yang paling sederhana untuk mengolah tepung porang agar tidak gatal.

Dijelaskan Eirene, mahasiswa Prodi Teknologi Pangan yang meneliti teknik pengurangan kalsium oksalat bahwa proses fermentasi tepung porang dimulai dengan menjadikannya bubur dan penambahan ragi agar terjadi fermentasi.

“Proses fermentasi dilakukan selama 2 hari dan setelah itu akan terpisah kalsium oksalat ada di bagian bawah, dan tepung di bagian atas. Tepung kemudian diambil dan dikeringan dengan oven, setelah kering dilakukan penepungan dan pengayakan,” kata dia.

Baca Juga: Sempat Anjlok Rp1.900/Kg, Petani di Wonogiri Yakin Harga Porang Kembali Meroket

“Tepung porang yang dihasilkan bisa disimpan dalam waktu yang lama, dan bisa dimanfaatkan untuk membuat beragam makanan,” jelasnya.

Juwati selaku Kelompok Wanita Tani Nyawiji Lestari Desa Kadirejo berharap warga bisa mengolah porang secara mandiri dan bisa dijual dalam bentuk makanan dan bisa menambah perekonomian warga.

Dirinya juga berharap pelatihan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan agar warga tidak sekadar menanam porang, tetapi juga bisa mengolah dan menjual.

Rekomendasi
Berita Lainnya