SOLOPOS.COM - Kondisi Bendungan Bareng peninggalan Kolonial Belanda yang masih berfungsi hingga sekarang di Desa Menuran, Kecamatan Baki, Sukoharjo, Sabtu (24/4/2021). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Di wilayah Baki, Sukoharjo ada satu bendungan yang merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda. Bendungan Bareng namanya.

Meski usianya sudah tua, hingga sekarang bendungan itu masih kokoh. Bendungan ini terletak di tepi areal persawahan Desa Menuran, Baki.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pada zaman dahulu, bendungan itu diberi nama De Javaansche Dam Bareng oleh pemerintah Kolonial Belanda. Bendungan itu bagian dari pembuatan kanal Baki atau pelurusan Kali Baki pada 1917.

Baca Juga: Demi PTM, Vaksinasi Covid-19 Guru Dari 20 SMA/SMK Sukoharjo Dikebut

Ekspedisi Mudik 2024

“Bendungan Bareng erat hubungannya dengan pembuatan Kanal Baki. Pemerintah Kolonial Belanda menelusuri Kali Baki untuk mempermudah pasokan air ke sejumlah pabrik tebu dan tembakau,” kata seorang pegiat sejarah asal Baki, Surya Harjono, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (24/4/2021).

Surya menceritakan Bendungan Bareng di Baki, Sukoharjo, dikelola dua pabrik besar yakni Temulus dan Baki Pandeyan. Kedua pabrik ini mengolah tembakau, tebu, dan padi.

Kala itu, sebagian wilayah Baki merupakan lahan perkebunan tembakau dan tebu yang ditanam warga pribumi. Pabrik Temulus dan Baki Pandeyan memberikan pemasukan besar untuk pemerintah Kolonial Belanda.

Baca Juga: Berawal Dari Jemaah Batuk-Batuk, Begini Kronologi Munculnya Klaster Masjid Di Jaten Karanganyar

Saat musim kemarau, para petani tembakau dan tebu kesulitan mendapatkan pasokan air. Kala itu, pintu bendungan dibuka untuk mengaliri perkebunan tembakau dan tebu.

Berfungsi Baik

“Hingga sekarang, Bendungan Bareng masih berfungsi baik. Konstruksi bangunan bendung juga masih terlihat kokoh kendati dimakan usia,” ujarnya mengenai kondisi bendungan di Baki, Sukoharjo, itu.

Surya menyebut Bendungan Bareng dikelilingi sembilan sumber air yang tidak pernah mengering saat musim kemarau. Sumber air itu digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih termasuk mengairi lahan pertanian di wilayah Baki.

Baca Juga: Masih Semrawut, 22 Pengunjung Night Market Sukowati Sragen Langgar Prokes

Konon, sumber air kesembilan dipercaya masyarakat setempat bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dahulu, tak sedikit masyarakat yang mengambil air dan dibawa pulang untuk pengobatan penyakit kronis.

“Ada juga tradisi menabuh gamelan dan berdoa di sekitar sumber air pada zaman dahulu. Masyarakat berdoa agar selalu diberi kesehatan dan keselamatan,” papar Surya.

Seorang warga Desa Menuran, Kecamatan Baki, Sukoharjo, Suwito, mengatakan Bendungan Bareng merupakan potensi desa yang bisa dimanfaatkan sebagai destinasi wisata alternatif.

Baca Juga: Dibawa Nongkrong Di Pasar Klewer Solo, 10 Motor Berknalpot Brong Disita Polisi

Lokasi bendungan bisa digunakan untuk bersantai karena dikelilingi pohon rindang. Masyarakat juga bisa bermain air di bendungan.

Saat ini, lanjut Suwito, masyarakat tengah berembuk untuk membersihkan sampah dan mempercantik Bendungan Bareng.

“Tak ada salahnya jika bendungan peninggalan Kolonial Belanda dioptimalkan oleh masyarakat setempat. Bisa menjadi destinasi wisata lokal,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya