SOLOPOS.COM - LIPI menginisiasi acara Dialog Kebangsaan di kantornya, Selasa (15/8/2017) . (Kemenristekdikti)

Dialog kebangsaan menghadirkan Megawati, Habibie dan SBY.

Solopos.com, JAKARTA — Tiga mantan Presiden Indonesia menjadi narasumber saat Dialog Kebangsaan bertajuk Mengelola Keberagaman, Meneguhkan Keindonesiaan yang digagas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketiganya menyoroti tiga hal yang berbeda. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir yang membuka acara di Auditorium LIPI tersebut, Selasa (15/8/2017).

Nasir sangat mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh LIPI. Dia menyebut kegiatan tersebut merupakan Presidential Lectures karena mampu menghadirkan tiga Presiden Indonesia sebagai narasumber yakni B.J. Habibie (Presiden ke-3), Megawati Soekarnoputri (Presiden ke-5), dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY, Presiden ke-6).

Pada kesempatan pertama, Megawati Soekarnoputri menyoroti ilmu pengetahuan sebagai penanda maju-mundurnya suatu bangsa, bahkan suatu peradaban. Menurut dia, Indonesia bisa belajar dari sejarah. Begitu banyak bangsa yang dulu begitu besar, namun saat ini tinggal sejarah. Bangsa Mesopotamia dan Romawi contohnya.

“Meminjam istilah Bung Karno, kemerdekaan Indonesia diibaratkan jembatan emas. Maka apa yang akan kita lakukan di seberang jembatan emas tersebut?” tanya Megawati. “Kita harus membangun sebuah negeri yang luar biasa. Sebuah negeri yang dikagumi bangsa-bangsa lain di dunia ini. Di situlah ilmu pengetahuan berperan penting,” kata dia seperti dilansir website Kemenristekdikti, Selasa.

B.J. Habibie menyoroti faktor-faktor yang mampu menjaga kehidupan berbangsa bernegara. Pertama adalah kesadaran setiap individu tentang satu kesatuan bahasa yaitu Bahasa Indonesia. “Bahasa adalah satu-satunya jalan menyampaikan informasi antarmanusia,” papar dia.

Menurut Habibie, warga Indonesia menggunakan bahasa Indonesia dan bangga akan hal itu di mana pun mereka berada. Faktor kedua, menurut Habibie, adalah kesadaran kesatuan nilai. Meskipun Indonesia terdiri atas berbagai suku, namun warga harus punya kesadaran akan nilai-nilai yang dianut sebagai sebuah bangsa. “Kita harus bersyukur bahwa kita masih dianugerahi rasa persatuan dan kesatuan di bawah payung Indonesia,” kata dia.

SBY menyoroti pentingnya sikap saling menghormati antarinsan Indonesia untuk meredam gejolak yang timbul dalam mengelola keberagaman berbangsa dan bernegara.

“Mengelola keberagaman tidak hanya cukup dengan toleransi dan sikap tenggang rasa. Namun, harus menumbuhkan sikap saling menghormati. Sikap menghargai antarkomponen bangsa. Ini yang harus ditumbuhkan,” ujar dia.

SBY mengingatkan seluruh peserta bahwa Indonesia harus menjadi negara maju. Indonesia bisa lepas dari jebakan Middle Income Trap. Namun, hal tersebut membutuhkan syarat yang tidak mudah yaitu sikap optimistik seluruh anak bangsa. Dia menambahkan Indonesia sangat berpotensi menjadi negara maju yang adil dan makmur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya