SOLOPOS.COM - Seniman tradisional Klaten yang tergabung dalam paguyuban Gentayangan Budaya membuka warung angkringan di samping pos penjagaan pintu perlintasan kereta api Krapyak, Desa Merbung, Kecamatan Klaten Selatan. Foto diambil Kamis (7/10/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN–Sejumlah seniman di Klaten banting setir membuka usaha angkringan. Hal itu mereka lakukan karena hingga kini masih sepi job.

Angkringan itu berada di dekat pos penjagaan palang pintu perlintasan rel kereta api Krapyak, Desa Merbung, Kecamatan Klaten Selatan. Sudah sepekan terakhir warung angkringan bernama Angkringan Pak Lethek itu dibuka setiap hari mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warung itu dikelola Margono alias Lethek, 51, dan Suyoto alias Paijo, 48, seniman ketoprak dan pekerja bidang audio visual yang kerap membersamai para pelaku seni. Mereka dibantu para kolega yang tergabung dalam paguyuban seniman Gentayangan Budaya.

Baca Juga: Diuji Coba, JLK Wonogiri Butuh Rambu-Rambu Lalu Lintas

Pembukaan warung angkringan itu diinisasi Supriyadi, salah satu seniman tari Klaten yang juga menginisiasi terbentuknya paguyuban Gentayangan Budaya. Supriyadi, 51, atau yang akrab disapa Jimbling mengatakan paguyuban itu berisi para pelaku seni tradisional mulai dari seniman tari, ketoprak, karawitan, sinden, dalang, dan lain-lain.

Paguyuban terbentuk sejak ada pandemi Covid-19 didasari kondisi para seniman yang tak memiliki tempat untuk berekspresi menyusul larangan kegiatan seni dan budaya. “Saat itu saya kedatangan seniman-seniman ke rumah. Mereka menangis dan curhat atas kondisi masing-masing. Akhirnya membentuk paguyuban bernama Gentayangan Budaya yang menjadi tempat menangis berjemaah,” kata Jimbling saat ditemui di angkringan Pak Lethek, Kamis (7/10/2021).

Dari paguyuban itu mereka lantas membuat konten di YouTube bernama Gentayangan Budaya. Media sosial tersebut menjadi tempat mereka untuk berekspresi secara virtual.

Baca Juga: Hindari Pinjol & Bank Plecit, BUM Desa Wonogiri Bisa Beri Kredit Lunak

Seiring pandemi yang tak kunjung berakhir meski sudah lebih dari 1,5 tahun, Jimbling menuturkan mulai muncul keluhan-keluhan baru. Para seniman kian kesulitan ekonomi menyusul tanggapan pentas masih sepi. Apalagi, mereka masih menanggung kebutuhan keluarga. “Hingga akhirnya buka warung angkringan ini,” kata Jimbling.

Jimbling mengatakan warung angkringan itu menjadi tempat bagi sebagian seniman memperoleh pendapatan untuk menutup kebutuhan keluarga mereka. Terlebih saat ini mereka masih sepi tanggapan pentas meski level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah turun ke level 2.

“Alhamdulillah dalam tempo sepekan ini teman-teman wajahnya sudah tidak muram lagi. Keluarganya juga mulai senang,” kata Jimbling.

Baca Juga: Kasus Gantung Diri karena Pinjol di Wonogiri, Jekek: Meresahkan

Menu yang disajikan di angkringan itu tak jauh berbeda dengan menu angkringan pada umumnya seperti ada nasi kucing, gorengan, makanan ringan, berbagai jenis satai serta aneka minuman. Menu andalan di warung itu yakni minuman yang dibuat berbahan rempah-rempah seperti jahe, serai, cengkih, dan kayu manis.

Aneka menu yang disajikan di angkringan itu juga dipasok dari para pelaku seniman lainnya. Alhasil, angkringan tersebut menjadi tempat pemberdayaan ekonomi bagi mereka. “Untuk modal awal angkringan ini dibuat berasal dari donatur,” kata Jimbling yang enggan menyebutkan nama donatur tersebut.

 

Berharap Pentas

Jimbling menjelaskan angkringan itu bakal terus dikembangkan ditambah tempat untuk pentas kecil-kecilan. Tempat itu sekaligus menjadi base camp baru bagi para pelaku seni terutama seni tradisional di Kabupaten Bersinar.

Baca Juga: 2 Kali Sehari, Operasi Yustisi Klaten Sasar Objek Wisata hingga Hotel

“Rencananya akan buka warung angkringan lagi tetapi di wilayah Gunungkidul. Meski nantinya kondisi pulih, angkringan tetap dikembangkan,” kata dia.

Jimbling mengatakan meski kini ada usaha angkringan yang digeluti para seniman Gentayangan Budaya, mereka tetap berharap bisa kembali pentas. Pelonggaran bisa terus dilakukan hingga tak ada lagi kegiatan pentas yang dibubarkan.

Margono alias Lethek mengatakan angkringan tersebut menjadi tempat dia menyibukkan diri setelah lebih dari 1,5 tahun terakhir tak bisa pentas menyusul masih pandemi Covid-19. “Angkringan ini boleh dikatakan membantu kami. Ini menjadi inisatif kami untuk bisa menghidupi diri sendiri,” kata seniman ketoprak asal Desa Glodogan, Kecamatan Klaten Selatan tersebut.

Baca Juga: Umbul Pengging Boyolali Dibuka Lagi, Kapasitas 25 Persen

Meski kini sudah mulai sibuk mengelola angkringan, Margono tetap berharap bisa kembali pentas. Dia meminta pemerintah bisa membantu para pelaku seni tradisional dengan kerap menggelar pentas seni tradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya