SOLOPOS.COM - Suasana musyawah Antardesa (MAD) yang diselenggarakan PBH Tirto Makmur Mandiri di Balai Desa Kemasan, Sawit, Boyolali, Kamis (27/1/2022). (Solopos-Ni`matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Pengelola Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) Kecamatan Sawit, Boyolali, Pusat Bantuan Hukum (PBH) Tirto Makmur Mandiri, menggelar Musyawarah Antardesa pada Kamis (27/1/2022). Acara tersebut digelar di Balai Desa Kemasan, Sawit Boyolali.

Ketua pengurus PBH Tirto Makmur Mandiri, Slamet Raharjo, mengatakan DAPM yang dikelola oleh PBH Tirto Makmur Mandiri adalah eks dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Karena regulasi yang berubah, PNPM Mandiri bertransformasi menjadi PBH DAPM. Itu modelnya badan hukum. Setiap kecamatan di Boyolali ada itu PBH DAPM,” kata Slamet kepada Solopos.com di sela-sela acara.

Baca juga: Tak Semanis Rasanya, Harga Gula di Boyolali Naik Jadi Rp14.000/Kg

Slamet mengatakan program DAPM adalah program pemberdayaan yang menyasar masyarakat miskin. Ia mengatakan ada dua kategori miskin di program tersebut, yaitu miskin absolut dan produktif.

“Miskin ini kami kategorikan dua, yang produktif dengan dana pinjaman usaha yang bergulir. Kemudian untuk miskin absolut dengan bantuan sosial. Target masing-masing kecamatan beda, kalau di Sawit target bantuan sosial adalah untuk [warga] lansia dan yatim. Dan itu karena memang miskin absolut seperti lansia yang sudah jompo,” jelasnya.

200 Kelompok Usaha Aktif

Untuk program DAPM pinjaman bergulir, Slamet mengatakan program ini menyasar kepada kelompok usaha produktif yang ada di tiap-tiap desa di Sawit. Pelaksanaan pinjaman dana bergulir dilaksanakan tanpa jaminan atau penyitaan barang, sehingga mempermudah peminjam.

“Program pinjaman bergulir menyebar di 12 desa yang ada di Sawit. Ada 200 an kelompok usaha yang aktif. Untuk peminjam, kami menyasar usaha ekonomi kecil yang tidak memiliki aset shingga tidak bisa mengakses pinjaman di bank konvensional. Selain itu, kami ingin ini juga dapat mengurangi rentenir. Program ini juga tidak memerlukan peminjam memberikan jaminan. Tidak boleh ada sita jaminan di sini,” jelasnya.

Baca juga: Warga Terpapar Covid-19 di Boyolali Jadi 11 Orang, Semuanya Isoman

Dengan tidak adanya jaminan dari peminjam, Slamet menjelaskan program ini harus dilaksanakan secara berkelompok dengan sistem tanggung renteng atau tanggung jawab bersama. Hal tersebut, menurutnya, untuk mengontrol peminjam yang belum lunas.

“Pinjamannya tidak bisa perorangan, harus kelompok dan sistemnya tanggung renteng. Misal satu kelompok ada empat, satu anggota kok belum lunas, jadi harus anggota dalam satu kelompok mengingatkan bagaimana agar satu orang tadi memenuhi kewajibannya sebelum dia mengajukan pinjaman berikutnya, nggak bisa berdiri sendiri. Memang kontrolnya seperti itu,” jelas Slamet.

Selain sistem tanggung renteng yang dilaksanakan anggota kelompok peminjam, Slamet Raharjo juga mengatakan pentingnya verifikasi calon peminjam agar tidak ada masalah di kemudian hari.

“Ini jadi kunci agar tidak bermasalah. Kami harus tahu bagaimana karakter yang akan pinjam, bagaimana usahanya, bagaimana ini layak dibiayai atau tidak, itu kunci kami. Karena kami nggak ada jaminan,” kata dia.

Baca juga: Belum Punya Kartu Tani? Petani Boyolali Bisa Bawa KTP Saat Tebus Pupuk

Sementara itu, ketua kelompok usaha Sumber Rejeki dari Desa Tegalrejo, Sawit, Sri Suryani, mengatakan DAPM adalah pinjaman yang paling ramah untuk kelompok usaha yang ia kelola karena bunga yang diberikan kecil serta tidak ada jaminan yang harus diberikan kepada pemberi pinjaman.

“Bagi saya itu kan pinjaman yang paling termudah, nggak pakai jaminan, yang penting kami bertanggung jawab biar nggak ada tunggakan. Pinjamnya cuma modal Kartu Keluarga dan KTP. Kalau di bank kan pakai jaminan, nggak bisa seandainya nggak pakai sertifikat,” jawabnya.

Bermanfaat Mengentaskan Kemiskinan

Suryani mengatakan ia telah mengelola dana pinjaman bergulir sejak 2009 hingga kini dan belum pernah ada anggota yang menunggak. Suryani menambahkan di kelompok usahanya terdapat 15 pengusaha.

“DAPM ini bermanfaat sekali untuk mengentaskan kemiskinan. Pinjaman yang diberikan dapat mengentaskan kemiskinan. Pinjaman untuk modal kan dikembangkan untuk usaha, ada usaha toko kelontong, pembuatan batu bata, pakaian pantas pakai dan lain-lain,” jawabnya.

Baca juga: Ramai Pesepeda Singgah di Simpang Lima Boyolali Jadi Peluang Usaha

Ia berharap dengan adanya DAPM, usaha kelompoknya semakin berkembang pesat karena suntikan modal dengan pinjaman yang ramah bagi masyarakat kalangan bawah.

“Harapannya, kami biar bisa mengembangkan usaha agar lebih berkembang, lebih pesat dan mengentaskan kemiskinan. Kalau dulu usahanya nggak terlalu luas karena kurang modal kan, kalau dengan pinjaman semoga akan ada keuntungan,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya