SOLOPOS.COM - Sejumlah ibu-ibu menata bebatuan untuk mencegah becek di kawasan Punden Tingkir di Dukuh Sangiran, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Sabtu (6/11/2021). (Istimewa/Aries Rustioko)

Solopos.com, SRAGEN — Desa Wisata Sangiran di Kalijambe, Sragen, mengubah cara pandang warga untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Warga yang terdampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 bangkit dengan merintis usaha.

Seperti yang dilakukan Umi Suryaningsih, 35 yang menjual minuman Dawet Mantan di area Punden Tingkir, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, setiap Minggu pagi. Keuntungan yang diperoleh menjadi sumber penghasilan tambahan di saat serba susah adanya Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ibu tiga orang anak tersebut merupakan seorang penjahit. Dia biasa mengambil bahan kain untuk dijahit di rumahnya dari salah satu pabrik konveksi. Namun pandemi Covid-19 membuat penghasilan dari menjahit turun sekitar 50 persen.

Baca Juga: WISATA SRAGEN : Punden Tingkir Dikembangkan Menjadi Lokasi Piknik Alternatif Sangiran

Umi melihat peluang usaha kuliner dengan adanya pengunjung dan ibu-ibu senam di Punden Tingkir setiap Minggu pagi. Dia yang memiliki resep rahasia dari seorang pedagang dawet di Pasar Tuban, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, mencoba berjualan bersama dua pedagang lain.

“Lha kok jalan terus jam 09.00-10.00 WIB dagangan habis, sampai akhirnya mengajak teman-teman lain jadi sekitar 30 pelapak,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (6/11/2021).

Dia menjelaskan mendapatkan omzet Rp300.000 sampai Rp600.000 saat Minggu. Sebelumnya Umi tidak memiliki bayangan desanya bakal menjadi desa wisata rintisan.

Baca Juga: BPSMP Sangiran Bebaskan Lahan Warga Ternyata Untuk Tidak Diapa-Apakan

Dia sempat bertanya dalam hati apa yang menarik dari punden di desanya. Namun, warga desa menerima kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno belum lama ini.

“Punden jadi tempat wisata kan lumayan meningkatkan perekonomian warga setempat. Prospek ke depan sae,” paparnya.

Umi mengatakan ada empat pedagang lain yang merupakan buruh jahit harian yang terdampak pandemi. Empat orang perempuan tersebut memulai usaha dengan membuka lapak Minggu pagi saja.

Baca Juga: Lahan Tak Jadi Digusur BPSMP Sangiran, Dua Warga Bukuran Malah Protes

Namun mereka kini berjualan setiap hari kecuali Minggu di pasar tumpah dan di rumah.

“Ekonomi warga dados meningkat yang tadinya malu-malu berjualan sekarang jadi rutinitas,” paparnya.

Dampak pandemi juga dirasakan Hartini, 48. Pekerjaannya menyediakan makanan bagi pekerja/buruh pada kegiatan proyek yang dijalankan suaminya. Sementara selama pandemi sulit mendapatkan proyek pekerjaan bangunan.

Baca Juga: Masuk Museum Sangiran dan Gunung Kemukus Tak Perlu PeduliLindungi Lho

Sepinya pekerjaan membuat Hartini dan suami pulang kampung untuk menggarap lahan dengan ditanam sayuran serta buah-buahan. Lahan yang dimiliki berbentuk bukit sebelum diratakan di dekat Punden Tingkir.

Adanya potensi pengujung membuat warga pengelola desa wisata meminta izin memakai lahan Hartini untuk lokasi lapak warga. Dia menyetujui dan ingin berjuang bersama warga desa untuk merintis desa wisata walaupun belum menghasilkan.

“Ini saya sambil jualan minuman dan soto. Omzet sekitar Rp200.000 sampai Rp300.000 pada hari Minggu,” paparnya.

Baca Juga: Efek Kunjungan Sandiaga, Kuliner Desa Wisata Sangiran Ludes dalam 3 Jam

Pengelola Desa Wisata Sangiran, Aries Rustioko menjelaskan ada 30 orang pelapak. Sekitar 75 persennya merupakan ibu-ibu setempat. Mayoritas merupakan ibu rumah tangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya