SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Dewan Pendidikan DIY menilai penyajian soal essay pada Ujian Nasional (UN) 2018 dapat mengembangkan kreativitas anak

Harianjogja.com, JOGJA – Dewan Pendidikan DIY menilai penyajian soal essay pada Ujian Nasional (UN) 2018 dapat mengembangkan kreativitas anak. Meski demikian, panitia UN harus konsekuen menyediakan petugas koreksi lebih dari satu orang setiap satu siswa agar objektif.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Dewan Pendidikan DIY Danisworo menilai sudah waktunya ada soale essay dalam Ujian Nasional. Mengingat, selama ini UN hanya menyajikan soal pilihan ganda yang membuat anak tidak terpacu kreativitasnya.

Justru dengan essay, siswa akan lebih tergugah kreativitasnya dalam memberikan jawaban. Apalagi dunia pendidikan saat ini menuntut siswa atau anak bisa mandiri dan berani mengemukakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan.

“Kalau pilihan ganda kan, anak jadi seperti robot, dengan essay siswa bisa mengungkapkan pendapatnya lebih banyak. Jangan sampai hanya sekedar spekulasi [soal pilihan ganda],” terangnya, Selasa (14/11/2017).

Soal essay, kata dia, akan membentuk keseimbangan kreativitas anak antara lisan dan tertulis dalam berpendapat. Selain itu untuk menjawab essay seorang siswa harus memiliki pengetahuan yang cukup, baca membaca dan bergaul dengan siapapun.

Meski demikian, siswa harus dipersiapkan secara matang untuk menghadapai soal jenis essay. Karena hingga saat ini belum ada kepastian penggunaan soal tersebut, maka pemerintah pusat harus segera memutuskan. Agar jika perubahan ini benar-benar dilaksanakan maka siswa memiliki persiapan yang cukup.

“Jangan sampai mendadak, harus dipersiapkan, lebih awal akan lebih siap. Dampaknya kurang baik kalau sosialisasinya mendadak,” tegas dia.

Hal lain yang harus diperhatikan, kata dia, adalah kesiapan panitia berkaitan dengan koreksi jawaban essay. Danisworo menyarankan, setiap jawaban satu siswa sebaiknya tidak cukup hanya dikoreksi oleh satu orang.

Jika hanya satu petugas koreksi maka tidak objektif dan bisa cenderung subjektif. Selain itu perlu ada rambu-rambu khusus setiap soal, seperti berkaitan dengan tata bahasa, dan kaitan antara tema soal dengan cerita jawaban siswa.

Selain itu harus ada penyamaan persepsi dari seluruh seluruh dan jangan sampai dilepas kemudian proses koreksi diserahkan setiap siswa, karena menjadi tidak fair.

“Nggak bisa kalau hanya satu orang petugas koreksi, paling tidak harus dua orang untuk penyeimbang, jika salah satu subjektif tidak mengikuti rambu-rambu sangat merugikan kalau dia menilai semaunya, maka ada satunya lagi yang memberikan penilaian berbeda,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya