SOLOPOS.COM - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dan tim bersama anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri saat mengecek kesiapsiagaan Wonogiri menghadapi Tsunami di Pantai Nampu, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, Jumat (19/2/2021). (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Sirine otomatis sebagai tanda adanya potensi tsunami dibutuhkan di Pantai Nampu, Dusun Dringo, Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri. Sinyal menjadi kendala penggunaan sirine otomatis di lokasi itu.

Bertempat di Pantai Nampu, Jumat (19/2/2021), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri melakukan pengecekan dan kesiapsiagaan Wonogiri dalam menghadapi tsunami.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, memimpin langsung pengecekan itu didampingi Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto bersama tim BMKG maupun BPBD Wonogiri. Tim gabungan itu menyusuri area di sekitar pantai hingga titik kumpul sementara saat terjadi tsunami.

Baca Juga: Masyarakat Madiun Baca Yasin Sejuta Kali Agar Pandemi Segera Berlalu

Ekspedisi Mudik 2024

Bambang mengatakan selama ini sirine yang ada di Pantai Nampu belum beroperasi secara otomatis. Sirine berbunyi ketika ada petugas yang membunyikan. Yang dibutuhkan saat ini sirine yang secara otomatis bisa berbunyi ketika ada potensi tsunami dan bisa terhubung langsung dengan aplikasi BMKG.

Namun, menurut Bambang, sirine otomatis terkendala dengan kondisi di sekitar Pantai Nampu yang termasuk daerah sulit mendapatkan sinyal. “Akan coba kami benahi. Padahal sinyal itu yang akan membunyikan alarm sirine jika ada potensi tsunami,” kata dia kepada wartawan, Jumat.

Di sisi lain, menurut Bambang, Dwikorita Karnawati memberikan rekomendasi bahwa di Wonogiri layak dijadikan pilot project desa ready tsunami. “Kami akan melakukan pembenahan untuk mendapat sertifikat internasional itu. Pembenahan tidak begitu signifikan,” ungkap dia.

Sudah Baik

Dwikorita Karnawati, kata Bambang, menyebutkan bahwa upaya simulasi mitigasi yang dilakukan di Pantai Nampu sudah baik. Sebab simulasi mitigasi tidak hanya dilakukan oleh masyarakat umum, namun juga melibatkan pemilik warung yang ada di sekitar pantai dan wisatawan.

“Persiapan mitigasi bencana tsunami di Desa Gunturharjo mendapatkan apresiasi juga. Karena sudah terbentuk Desa tangguh bencana Tsunami dan memiliki anggaran khusus untuk itu. Ini menunjukkan bahwa sudah ada komitmen di tingkat desa, kabupaten dan provinsi terhadap kesiapsiagaan tsunami,” ungkap dia.

Bambang mengatakan, dalam pengecekan lapangan, tim dari BMKG melihat rute evakuasi sekaligus memperhitungkan waktu evakuasi. Hasil pemantauan menunjukkan warga dan wisatawan tidak butuh waktu lama untuk melakukan evakuasi bila ada kemungkinan terjadi tsunani.

Baca Juga:  49 Paus Terdampar di Pantai Bangkalan Madura, yang Hidup Cuma 3

“Dari bawah [bibir pantai] hingga ke pos yang ada di daerah atas dibutuhkan waktu sekitar dua menit. Dari pos itu ke pos evakuasi sementara dibutuhkan waktu dua menit juga. Waktu itu sudah cukup untuk penyelamatan, sekitar empat menit,” kata dia.

Lebih jauh Bambang menjelaskan, jika ada tsunami dengan tinggi 20 meter terjadi, gelombang tidak akan berdampak banyak ke permukiman. Karena setelah dilakukan pengukuran, tinggi tebing di sekitar Pantai Nampu sudah lebih dari 20 meter.

“Meski demikian, masyarakat harus tetap melakukan persiapan mitigasi. Itu untuk antisipasi jika gelombang yang lebih besar terjadi,” kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya