SOLOPOS.COM - Aneka kuliner tradisional dijajakan dalam Pasar Kuliner Tradisional objek wisata Selo Karang yang terletak di Dukuh/Desa Karanganom, Sukodono, Sragen, Jumat (3/12/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Deretan stan berdiri dengan atap anyaman daun yang mengering. Meja dan tiang stan terbuat dari bambu. Para warga menjajakan aneka makanan tradisional yang khas dan mungkin hanya dijumpai di lingkungan Dukuh Karanganom, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Sragen, Jumat (3/12/2021).

Ada olahan makanan dengan bahan baku berbeda yang dikembangkan sebagai diversifikasi (penganekaragaman) pangan di dukuh yang terdiri atas empat rukun tetangga (RT) itu. Yakni berbahan baku gadung, klentang (biji turi), kara benguk, dan jagung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bahan baku jagung diolah menjadi nasi jagung, baik nasi jagung putih dan nasi jagung goreng yang dimakan dengan gudangan serta makanan lainnya. Demikian pula bahan baku gadung pun tak sekadar diolah menjadi kripik. Tetapi, bisa diolah menjadi bubur yang dihidangkan seperti minuman dawet, bahkan ada juga nasi gadung.

Baca Juga: Banyak Batuan Karang, Karanganom Sragen Diduga Dasar Laut Purba

Ekspedisi Mudik 2024

“Begitu juga benguk pun tak hanya dibuat tempe, tetapi juga bisa diolah dalam bentuk makanan lainnya. Klentang bisa dibuat pelas dan sebagainya. Semua jenis makanan itu ada perajinnya, meskipun tidak banyak. Semua olahan bahan baku itu menjadi sumber pendapatan warga di Karanganom,” jelas Koordinator Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Catur Askara Dukuh Karanganom, Munawar, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (3/12/2021).

Munawar menyebut perajin tempe benguk ada tiga orang, perajin gadung ada lima orang, perajin klentang ada dua orang, dan perajin olahan jagung ada tiga orang. Makanan-makanan tradisional itu sudah lama dijual di Pasar Sukodono.

“Semua makanan tradisional itu bukan diada-adakan, tetapi sudah ada sejak dulu,” jelas Munawar didampingi Pegiat Budaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) wilayah Sragen, Setyo Purwadi.

Baca Juga: Dukung Bendung Karanganom Jadi Objek Wisata, DPUPR Sragen Kasih Bantuan

Daya Tarik Kuliner

Kuliner tradisional menjadi salah satu daya tarik bagi pengembangan objek wisata Selo Karang yang diinisiasi Pokdarwis Catur Askara dan warga Karanganom sejak 4-5 bulan terakhir. Munawar dan teman-teman sudah memetakan potensi di lingkungan Karanganom. Di antaranya adalah keberadaan Bendung Daerah Irigasi Karanganom merupakan potensi wisata tersendiri. Selain itu ada potensi budaya, produk kerajinan, dan potensi alamnya.

desa wisata selo karang karanganom sragen
Aliran irigasi dari Bendung DI Karanganom mengalir saluran skunder yang melintasi kompleks pasar kuliner tradisional di objek wisata Selo Karang Dukuh/Desa Karanganom, Sukodono, Sragen, Jumat (3/12/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Munawar menemukan potensi kerajinan serat nanas yang dibuat jadi goni. Potensi itu ditemukan Munawar lantaran kawasan Karanganom menjadi tempat perkebunan serat nanas pada masa kolonial Belanda. Bahkan di wilayah Sukodono pernah ada pabrik serat nanas.

“Tumbuhan nanas hutan itu masih bisa ditemukan. Tumbuhan itu pernah diolah secara manual dan bisa menghasilkan selembar kain hasil pengolahan alat tenun bukan mesin. Ke depan kami akan membudidayakan bahan baku serat nanas itu sebagai produk kerajinannya,” jelas Munawar.

Baca Juga: Seleksi Perdes Masaran Sragen Digelar, Ketua Ranting PSHT Buka Suara

Pada sektor budaya dan kearifan lokal, Munawar menggali akar-akar budaya yang masih ada, seperti kenduri mapak Sura yang diadakan menjelang awal Bulan Sura. Dia melihat kenduri itu biasanya diadakan di setiap RT.

Dia akan mencoba menyatukan kenduri itu dalam kegiatan bersama di tanah lapang milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) dekat Bendung DI Karanganom. “Selain itu ada sedekah bumi yang maksimalkan yang selama ini masih tetap berjalan di lingkungan masjid,” katanya.

Dia menerangkan ada potensi 4-5 sumber air yang masih tersembunyi di sepanjang aliran sungai dari pintu Bendung Karanganom sampai sejauh 500 meter. Potensi alam itulah yang digali terus dan dikemas sedemikian rupa dengan konsep wisata susur sungai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya