SOLOPOS.COM - Para sukarelawan bencana alam dari desa tangguh bencana mengikuti pelatihan kesiapsiagaan bencana banjir di sekitar Waduk Mulur, Kecamatan Bendosari, Selasa (23/11/2021). (Solopos/ Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO — Puluhan laki-laki berseragam oranye hilir mudik di sekitar Waduk Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo. Mereka mendirikan tenda darurat di sekitar waduk.

Beberapa warga lainnya membawa peralatan memasak seperti wajan, panci, dan talenan. Mereka lantas memasak air dan nasi serta mengolah bahan baku makanan di dalam tenda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pagi itu, Selasa (23/11/2021), perwakilan sukarelawan bencana alam dari desa tangguh bencana mengikuti pelatihan dasar kesiapsiagaan bencana banjir. Mulai dari evakuasi korban banjir, water rescue, hingga dapur umum. Hal ini dibutuhkan para sukarelawan bencana alam saat menghadapi bencana banjir selama musim penghujan.

Saat ketinggian air sungai bertambah secara signifikan akibat hujan lebat dengan intensitas tinggi, masyarakat harus bersiaga di rumahnya masing-masing.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat air sungai mulai meluap ke pekarangan rumah, warga harus mengevakuasi secara mandiri. Mereka bisa membantu mengevakuasi warga lanjut usia (lansia), ibu hamil, dan anak-anak.

Baca Juga: Penanganan Bencana, BPBD Butuh Dukungan Sukarelawan dan Wartawan 

“Kami dilatih teori dan praktik kesiapsiagaan bencana seperti mendirikan dapur umum. Kami harus bisa memasak dalam waktu cepat untuk menyuplai makanan dan minuman para pengungsi,” kata seorang sukarelawan bencana alam dari Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Andi, saat berbincang dengan Solopos.com.

Selain evakuasi secara mandiri, manajemen dapur umum menjadi kompenen penting dalam penanganan bencana alam.

Dapur umum didirikan di lapangan atau lahan terbuka untuk menyediakan dan menyiapkan makanan yang didistribusikan kepada korban bencana alam. Saat bencana alam dengan jumlah pengungsi besar, dapur umum bisa didirikan selama sepekan.

Andi mengungkapkan para sukarelawan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membagi tugas sebagai petugas perlengkapan, juru masak, dan juru distribusi ke pengungsi.

“Butuh soliditas tim agar suplai makanan ke pengungsi tepat waktu dan sesuai kebutuhan. Jangan sampai para pengungsi terlalu lama menunggu suplai makanan,” ujar dia.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Sri Maryanto, mengatakan para peserta berasal dari 10 desa tangguh bencana yang tersebar di empat kecamatan.

Baca Juga: Wonogiri Zona Merah Rawan Bencana, 5.115 Sukarelawan Siaga 

Setiap desa mengirim tiga sukarelawan bencana alam yang mengikuti kegiatan pelatihan kesiapsiagaan bencana selama dua hari.

Para peserta dibekali berbagai materi seperti dasar pertolongan pertama, dapur umum hingga simulasi evakuasi korban bencana di air. Para peserta dilatih memberikan pertolongan pertama berupa memeriksa alur nafas dan sirkulasi darah.

“Pelatihan kesiagsiagaan bencana bagian dari penanggulangan bencana alam saat musim penghujan. Banjir dan tanah longsor berpotensi terjadi saat turun hujan lebat dengan intensitas tinggi,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya