SOLOPOS.COM - Tanggul Sungai Situri di Weru, Sukoharjo, jebol setelah diguyur hujan deras pada Kamis (19/3/2020) malam. (Solopos/ Indah Septiyaning W.)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Petani Desa Grogol, Kecamatan Weru, Sukoharjo, menanggung derita berkepanjangan. Sawah mereka yang siap panen seluas hampir 80 hektare (ha) kembali terendam air akibat jebolnya tanggul Sungai Situri, Kamis (19/3/2020) malam.

Padahal belum sebulan berlalu lahan sawah mereka juga terendam air karena tanggul yang sama jebol. Bahkan jebolnya tanggul kali ini lebih parah dibanding sebelumnya yang hanya merendam 20-an hektare sawah.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Desa (Kades) Grogol, Heri Putut, mengatakan hujan deras yang mengguyur wilayahnya sejak Kamis sore mengakibatkan tanggul Sungai Situri jebol lagi. Tanggul yang kondisinya memang kritis itu jebol di tiga lokasi.

Wanita Positif Corona Mojosongo Solo Sempat Rewang dan ke Pasar

"Satu lokasi tanggul jebol di tempat yang sebelumnya jebol dan sudah kami tangani dengan memasang sandbag [karung pasir]. Tapi tadi malam [Kamis malam] malah jebol lagi," kata dia kepada Solopos.com, Jumat (20/3/2020).

Dia mengatakan tanggul tersebut jebol sepanjang enam meter atau bertambah dua meter dari sebelumnya. Kemudian dua tanggul lainnya jebol masing-masing sepanjang dua meter.

Tanggul tersebut merendam lahan pertanian seluas 80 ha yang siap panen. "Sebulan ini bisa dua kali jebol. Jadi sawahnya terendam air," katanya.

Begini Penampakan Virus Corona Covid-19 di Mikroskop

Untuk sementara ini, dia mengatakan belum ada penanganan terhadap tanggul yang jebol. Hal ini mengingat kondisi aliran air sungai masih terlalu tinggi.

Penanganannya pun akan dilakukan sama dengan sebelumnya, memasang sandbag atau karung-karung berisi pasir guna menutup tanggul yang jebol. Langkah ini sekaligus sebagai upaya mengantisipasi banjir bandang akibat jebolnya tanggul.

Laporan ke BBWSBS Tak Pernah Direspons

"Pemasangan sandbag itu sifatnya penanganan sementara atau darurat saja. Selama ini yang bisa kami lakukan hanya itu," katanya.

Dia mengaku sudah berulang kali melaporkan kondisi tanggul Sungai Situri yang semakin kritis ke Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) sejak lima tahun lalu. Pihaknya berharap BBWSBS merespons dengan melakukan normalisasi tanggul Sungai Situri.

3 Orang Positif Virus Corona di Kaltim: 2 dari Seminar Bogor, Bertemu Pasien Solo

Namun hingga kini tak kunjung terealisasi. Menurutnya, BBWSBS hanya mengirimkan bantuan sandbag sebagai penanganan sementara saja.

"Sebenarnya BBWSBS sudah pernah ke lokasi tanggul Situri. Bahkan mengecek kondisi Sungai Situri, tapi nyatanya sampai sekarang tidak pernah direspons," kesalnya.

Dia mengaku prihatin dan peduli dengan nasib para petani di Weru, Sukoharjo, yang terus dirundung derita akibat tanggul jebol. Para petani tersebut bahkan berulang kali harus rugi jutaan rupiah karena sawahnya terendam air akibat tanggul jebol.

Apalagi seperti saat ini lahan sawah petani sudah memasuki proses siap panen, tetapi terendam air sehingga terancam gagal panen atau puso.

Update Kasus Corona di Klaten: ODP Bertambah 51 Orang, 1 Pasien Diisolasi

Atas kondisi ini, dia berharap ada langkah konkret dari BBWSBS agar melakukan normalisasi Sungai Situri. Hal itu termasuk penguatan tanggul Sungai Situri yang memang kondisinya sudah sangat kritis.

Setiap musim penghujan selalu menyebabkan tanggul jebol dan menambah derita petani di wilayah Weru, Sukoharjo. Dia khawatir tanggul jebol hingga menyebabkan banjir bandang.

Petani Waswas Gagal Panen

Tak hanya merusak tanaman padi petani, namun merendam rumah-rumah penduduk di aliran Sungai Situri.

Salah satu petani warga Dadakan RT 002 RW 004 Desa Grogol, Weru, Sugiyo, mengaku waswas sawahnya gagal panen karena terus-menerus terendam air. Apalagi kini lahan sawah miliknya seluas tiga hektare sudah siap panen.

17 Rumah Warga Mojosongo Dalam Karantina Disemprot Disinfektan

"Sudah siap panen malah kena banjir. Jadi kemungkinan hasil panen tidak maksimal," keluhnya.



Dia mengatakan sawahnya menjadi langganan banjir saat musim penghujan karena kondisi tanggul Situri yang jebol. Dia hanya berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan BBWSBS bisa segera memperbaiki tanggul yang kini kondisinya sangat kritis.

Selama ini perbaikan hanya bersifat sementara dengan pemasangan karung berisi tanah.

"Para petani sudah rugi jutaan setiap kebanjiran. Jadi mohon ada perhatian dari balai besar [BBWSBS]. Wes nganti kesel le laporan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya