SOLOPOS.COM - Antrean panjang warga saat akan membeli minyak goreng bersubsidi di Ledoksari, Jebres, Solo, Selasa (22/2/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Bakul gorengan asal Semanggi, Parsiyem, 54, menepi dari antrean panjang pembelian minyak goreng murah di Jebres, Solo, Selasa (22/2/2022) siang. Ibu dua anak ini memilih duduk di pojokan samping toko karena tak kuat berdiri lama.

Sementara, antrean dipasrahkan pada warga lain yang berada tepat di depannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Antrean saya setelah mas baju merah, saya minta tolong nanti dikasih tahu. Enggak kuat mbak berdiri lama, dulu saya jatuh, tulang saya bermasalah, sakit kalau berdiri lama,” ceritanya saat berbincang dengan Solopos.com sembari menunggu jatahnya.

Ini merupakan pertama kali Parsiyem ikut antrean beli minyak goreng murah. Ia terpaksa datang karena sangat membutuhkannya. Meskipun paham betul kondisi fisiknya tak memungkinkan untuk berdesak-desakan sambil berdiri.

Baca Juga: Minyak Goreng Sulit Didapat, Pemkot Solo Akan Gelar OP Selama Sebulan

Parsiyem berencana membeli dua kardus minyak kalau diizinkan. Ia butuh untuk berjualan gorengan yang menjadi mata pencaharian utamanya. Sejak Senin (21/2/2022) lalu dia terpaksa berhenti jualan karena tak kebagian minyak murah.

Sementara, kalau harus beli minyak kemasan harga normal, dia justru bisa merugi. “Sampai enggak jualan ini karena enggak punya minyak goreng. Padahal ya butuh untuk jualan gorengan,” keluh Parsiyem.

Setiap harinya, Parsiyem bisa menghabiskan lima liter minyak goreng untuk memproduksi 300 cemilan. Ia memilih minyak goreng curah karena cukup terjangkau, yakni sekitar Rp33.000 untuk dua liter. Sementara, harga minyak goreng kemasan mencapai Rp20.000 lebih per liter.

Baca Juga: Kedelai dan Minyak Goreng Mahal, Penjual Gorengan Boyolali Coba Bertahan

Parsiyem hanya mendapat keuntungan Rp50.000 – Rp75.000 per hari. Itupun kalau semuanya habis terjual. Sementara, dirinya tak bisa menaikkan harga jual meskipun minyak goreng mahal. “Untungnya sedikit, enggak bisa naikkan harga. Kalau beli yang kemasan harga mahal malah enggak dapat untung,” kata dia lagi.

Penjual bawang merah goreng asal Gondangrejo, Karanganyar, Dwi Sumarno, 44, juga ikut berjubel dalam antrean siang itu. Dia berhasil membeli 18 botol minyak goreng dalam kemasan botol yang berisi 800 mili liter.

Dwi membawa motor dengan dua beronjong bambu di bagian belakang. Senyumnya merekah membawa pulang barang incarannya setelah antre lebih dari satu jam. Sesampainya di rumah, bakal digunakan untuk memproduksi bawang merah yang biasa dijual ke pasar tradisional.

Baca Juga: Bak Pemilu, Beli Minyak Goreng di Luwes Kestalan Solo Mesti Celup Tinta

Sama halnya dengan Parsiyem, keuntungannya anjlok setelah kenaikan minyak goreng dua bulan terakhir. Setiap hari butuh sekitar 10 liter minyak goreng untuk memproduksi 25 kilogram bawang merah goreng.

Sementara, dalam sehari hanya mampu menjual 10 hingga 15 bungkus. “Sekarang yang beli dikit, minyaknya mahal. Moga harga segera normal ya Mbak,” harapnya sembari menata botolan minyak goreng dalam keranjang.

Sementara, anggota staf PT Kusuma Mukti Remaja selaku penjual minyak goreng murah enggan dimintai komentar. Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com|, mereka menjual minyak murah sejak sepekan lalu.

Masyarakat dibebaskan membeli hingga satu karton dengan syarat menunjukkan KTP. Minyak goreng yang mereka jual berupa merk Kusuma dengan berat 800 mili liter. Harganya yakni Rp100.800 per sembilan botol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya