SOLOPOS.COM - Puluhan PKL dan mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di Balai Kota Solo, Kamis (2/3/2017). (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Demo Solo, aliansi PKL dan mahasiswa UMS menggelar aksi unjuk rasa menolak relokasi PKL.

Solopos.com, SOLO — Aliansi Pedagang Kaki Lima (PKL) dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar aksi unjuk rasa di Balai Kota Solo, Kamis (2/3/2017). Aksi ini sebagai buntut program penataan dan penertiban PKL oleh Pemkot.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan pantauan Solopos.com, puluhan PKL dan mahasiswa melakukan long march dari Gladak ke Balai Kota. Massa membawa beragam poster bertuliskan di antaranya “Pak Anakku Butuh Mangan”, “PKL Digusur Pribumi Menangis”, secara bergantian berorasi di depan pintu gerbang Balai Kota. Aksi kemudian dilanjutkan di halaman Balai Kota tersebut. (Baca juga: Lapak PKL di Jl. Kolonel Sutarto Dibongkar Paksa)

Dalam orasi tersebut, perwakilan PKL Jl. Kolonel Sutarto Sri Asih mengatakan penggusuran, relokasi, dan pembatasan waktu berjualan sangat merugikan pedagang serta tidak manusiawi. Kebijakan penataan dan penertiban PKL tersebut mematikan pedagang kecil.

Ekspedisi Mudik 2024

“Setelah kami digusur dan dilarang berjualan saat siang hari banyak pedagang gulung tikar dan tidak lagi memiliki penghasilan untuk membiayai hidup, apalagi untuk menyekolahkan anak-anak,” kata dia diamini pedagang lain dengan pekikan merdeka beberapa kali.

Dia meminta Pemkot tidak lagi menggusur pedagang dan memindahkannya ke tempat yang tidak strategis. Pedagang juga menuntut Pemkot mencabut larangan berjualan mulai pukul 05.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

Pembatasan waktu operasional dianggap bukan solusi bagi penataan PKL dan justru menyengsarakan masyarakat kecil. Hal itu membuat pedagang kesulitan mencari nafkah dan banyak kehilangan pelanggan.

Setelah membacakan orasi peserta aksi menuntut dipertemukan dengan Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo. Mereka bahkan menolak saat dipersilakan masuk ke Pendapi Gede untuk berdialog bersama pejabat Pemkot.

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Subagiyo dan Kepala Satpol PP Sutarjo yang semula bersedia menemui massa akhirnya mengurungkan niat karena massa hanya ingin bertemu Wali Kota. Namun, Wali Kota tidak bisa menemui massa karena tengah memimpin rapat staf Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Bale Tawangarum. Peserta aksi pun akhirnya meninggalkan Balai Kota.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMS, Ichwanuddin Buchori, mengaku ikut terjun dalam aksi tersebut dikarenakan melihat adanya pelanggaran yang dilakukan Pemkot. Menurutnya, kebijakan penataan PKL dengan merelokasi dan membatasi jam berjualan menjadikan banyak pedagang gulung tikar. “Kami ingin memperjuangkan nasib mereka [PKL],” katanya.

Terpisah, Kepala Disdag Kota Solo, Subagiyo, mengatakan kebijakan penataan PKL sudah harga mati dan tidak bisa ditawar. Karena itu, dia tidak bisa memenuhi permintaan mereka, kendati PKL dan mahasiswa mengancam akan menggelar aksi lebih besar jika permintaan tidak dipenuhi.

“Aturannya sudah jelas, trotoar adalah tempat bagi pejalan kaki. Begitu juga jalur lambat diperuntukkan pengguna kendaraan tidak bermotor dan juga taman fungsinya bukan untuk berdagang,” katanya.

Karena itu, dia mengatakan penertiban dan penataan akan tetap dilakukan. Hal ini juga untuk asas keadilan karena penataan dan penertiban diberlakukan bagi semua PKL tanpa terkecuali. “Kami juga tidak bisa mengesampingkan kepentingan masyarakat luas hanya untuk PKL,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya