SOLOPOS.COM - Gabungan seniman teater Kota Solo membawa poster dan spanduk saat menggelar aksi teatrikal di kawasan Ngarsopuro, Solo, Minggu (10/7/2016). Aksi tersebut menyerukan penolakan kekerasan dalam bentuk apapun, terorisme, dan paham radikal yang marak di Kota Solo. (JIBI/Solopos/Ivanovich Aldino)

Demo Solo menolak aksi terorisme digelar di Bundaran Gladag, Minggu (10/7/2016).

Solopos.com, SOLO – Lima orang dengan paras yang dirias bedak warna putih mirip pantomime berjalan melawan arah dari bundaran Gladag ke perempatan Ngarsopuro, Minggu (10/7/2016) pagi. Mereka berjalan di sisi selatan jalan atau jalur kendaraan berjalan cepat di ruas jalan protokol itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sembari berjalan, mereka membentangkan spanduk putih berukuran 3 meter x 1 meter bertuliskan “Menolak Segala Bentuk Kekerasan Atas Nama Apapun #SOLOCINTADAMAI”. Tulisan itu dibuat dengan cat semprot berwarna merah, hitam, dan biru. Kata “menolak”, “kekerasan”, dan “apapun” sengaja ditulis dengan cat semprot warna merah sebagai bentuk penegasan.

Setibanya di sudut perempatan Ngarsopuro, musik ensemble Bengawan Solo yang dihasilkan dari kolaborasi saksofon, terompet, djimbe, dll. menyambut rombongan tersebut. Di sana juga sudah ada rombongan serupa yang membentangkan spanduk putih bertuliskan “NKRI Harga Mati! Kutha Solo Tetep Ngangeni”.

Gustav Rizal, 20, lantas menyambar mikrofon dan berdiri di tengah rombongan yang berjumlah belasan orang itu. Sembari berdiri, anggota Teater Sandilara UNS Solo itu membacakan puisi sindiran bagi aksi bom bunuh diri di Mapolresta Solo, sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah, Selasa (5/7/2016) lalu.

“… Bisnis Ketakutan
Hanya ada dua jenis manusia, baik dan jahat
Manusia baik melakukan kebaikan
Yang jahat menikmati kelakuan jahat
Masalah ini bukan antara baik dan jahat
Akan tetapi sebuah kebodohan
Tentang akal sehat manusia yang memalukan…”

Selain membuat spanduk dan mendeklamasikan puisi, ada juga anggota aksi teatrikal bertajuk Warga Solo Menolak Terorisme dan Kekerasan yang membawa poster yang menggelitik untuk menyindir aksi pelaku bom bunuh diri seperti “Sorry Bro Aku Meh Bakdan”, “Posomu Ora Tutug Nuh Nda”, hingga “Kurang Kolak Dadi Koplak”.

Koordinator Aksi Warga Solo Menolak Terorisme dan Kekerasan, Budi Bodot, mengatakan aksi solidaritas kreatif kolektif dari seniman, kelompok teater kampus, dan mahasiswa tersebut dibuat sebagai bentuk keprihatinan warga atas kejadian bom bunuh diri di Mapolresta Solo beberapa waktu lalu. “Kami prihatin dan menolak keras segala bentuk kekerasan dan terorisme di Solo,” ujar dia saat ditemui di sela aksi.

Budi berharap kejadian pengeboman tersebut tidak membuat warga Solo takut dan berdampak negatif bagi pengembangan Kota Bengawan. “Kami ingin Kota Solo aman, tertib, dan damai sehingga warganya sejahtera,” harapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya