SOLOPOS.COM - Nyamuk demam berdarah (Dok. JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, SOLO — Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Solo kembali merenggut korban jiwa. Kali ini, warga Pucangsawit yang masih anak-anak menjadi korban keganasan nyamuk aedes aegipty.

Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mencatat angka kasus DBD hingga November 2014 mencapai 246 orang. Empat orang di antaranya meninggal dunia (MD) akibat DBD. Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK Solo, Drg. Efi S. Pertiwi, Minggu (23/11/2014), mengatakan DBD telah menelan empat korban jiwa, di mana satu kasus terakhir terjadi belum lama ini dengan korban masih anak-anak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kasusnya kematian DBD dilaporkan di Pucangsawit. Kondisinya karena terlambat penanganan, jadi korban disangka hanya panas biasa,” katanya.

Selain Pucangsawit, dia menyebutkan tiga kasus kematian lainnya berada di Kelurahan Kadipiro, Jebres, dan Manahan. Semua sama korban DBD masih anak-anak. Dibandingkan tahun lalu, dia menuturkan angka kasus DBD total ada 263 kasus dengan angka kematian tujuh kasus. Artinya ada penurunan kasus DBD. Namun demikian, pihaknya meminta warga tetap mewaspadai penyebaran penyakit DBD. Hal ini mengingat tren kasus DBD mengalami kenaikan.

Disebutkannya, 15 kelurahan hingga kini masih dinyatakan nol kasus DBD. Ke-15 kelurahan ini di antaranya Kauman, Laweyan, Karangasem, Kerten, Serengan, Kratonan, Joyosuran, Gajahan, Kampungbaru, Purwodingratan, Gandekan, Sudiroprajan, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan dan Keprabon. “Kelurahan lainnya sudah ditemukan kasus DBD. Paling banyak temuan kasus ya ada di Kadipiro,” imbuhnya.

Dia mengatakan selama ini pihaknya sering memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui program penyuluhan khusus maupun kampanye kesehatan yang melibatkan kader dan masyarakat tentang penyakit DBD. Untuk mencegah muncul dan berkembangnya wabah penyakit itu, kata dia, masyarakat harus selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), salah satunya menguras bak mandi.

Seluruh permukiman penduduk, termasuk tempat indekos disasar dan dipantau jentik nyamuknya. “Kami semakin mewaspadai penyebaran penyakit DBD. Apalagi musim penghujan,” katanya.

Dia mengaku tidak ingin kecolongan ada kasus warga meninggal dunia karena DBD. Dia mengatakan perubahan musim mempengaruhi kesehatan tubuh. Tidak hanya penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ispa) dan diare yang menyerang, ada juga penyakit lain yang perlu diwaspadai.

Menurutnya, ada beberapa penyakit utama yang harus diwaspadai selama musim hujan yaitu, leptospirosis. Penyakit ini, lanjut dia, biasa dikenal dengan penyakit kencing tikus. “Urine dari hewan tikus yang terkena penyakit ini merupakan sumber utama penularan. Jadi harus diwaspadai, meski sampai sekarang belum ada kasus itu di Solo,” jelasnya.

Dia menerangkan tanda-tanda leptospirosis di antaranya flu seperti nyeri tenggorokan, batuk dan sakit kepala. Selain itu, nyeri pada otot betis atau sampai gangguan yang lebih berat lagi pada hati, paru-paru, ginjal.

Camat Jebres Agung Riyadi meminta seluruh warga untuk lebih meningkatkan kebersihan lingkungannya masing-masing. Hal ini untuk mengantisipasi adanya korban jiwa tambahan DBD di wilayah Jebres. “Musim penghujan kan menimbulkan genangan air di mana-mana. Genangan air ini sering menjadi tempat munculnya nyamuk. Jadi harus menjaga kebersihan lingkungan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya