SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti penyebar demam berdarah dengue. (JIBI/Solopos/Dok.)

Demam berdarah dengue mewabah, sudah 128 pasien DBD dirawat RSUD Wongsonegoro Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Warga Kota Semarang dan sekitarnya perlu mewaspadai mewabahnya demam berdarah dengue (DBD). Selama sebulan awal 2017 ini, Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang telah merawat sedikitnya 128 pasien penyakit yang ditularkan nyamuk loreng Aedes aegypti itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Wakil Direktur RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang, M. Abdul Hakam mengakui jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) yang ditangani rumah sakitnya selama awal 2017 itu relatif tinggi. “Selama periode Januari 2017, kami menangani 128 kasus DBD. Ini termasuk tinggi,” kata Abdul Hakam di Semarang, Jumat (3/2/2017).

Memasuki Februari 2017 ini, bahkan sudah 16 pasien DBD dirawat di RSUD Wongsonegoro. Mereka terdiri atas enam pasien anak-anak dan 10 dewasa yang kesemuanya menunjukkan gejala awal suhu badan yang tinggi.

Pada 2015, kata dia, tercatat 1.245 kasus DBD yang ditangani RS tersebut, kemudian pada 2016 mengalami peningkatan menjadi 1.319 kasus pada DBD. Atas kecenderungan peningkatan angka penderita DBD di Kota Semarang itu, Abduk hakam menyerukan kepada masyarakat untuk senantiasa waspada.

Ia mengingatkan kondisi cuaca belakangan ini yang tergolong ekstrem masih menjadi penyebab meningkatnya kasus DBD di Semarang, ditambah kondisi lingkungan yang kurang terjaga. Menurut dia, kondisi tersebut memungkinkan kasus DBD meningkat sehingga masyarakat harus lebih proaktif dalam menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah berkembangnya jentik nyamuk.

“Yang paling utama adalah menjaga pola hidup dan lingkungan. Lakukan gerakan 3M, yakni menguras air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang tidak terpakai,” katanya.

Hakam mengakui edukasi terhadap masyarakat mengenai kebersihan lingkungan perlu ditingkatkan, terlebih ketika musim hujan seperti sekarang untuk mencegah berkembangnya nyamuk Aedes aegypti. “Bisa juga memakai pelindung kulit, seperti lotion antinyamuk, dan sebagainya. Namun, lingkungan harus tetap terjaga. Musim pancaroba seperti ini masih rawan berkembangnya jentik nyamuk,” katanya.

Mengenai pasien DBD yang dirawat di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang, kata dia, berasal dari berbagai jenjang usia, mulai kalangan bawah lima tahun (balita) hingga orang dewasa. Yang tidak kalah penting, kata dia, langkah penanganan tingkat pertama dengan deteksi dini, sebab para pasien DBD yang dibawa ke sini kebanyakan sudah dalam fase yang parah.

“Kalau dalam lingkungan sekitar terdapat lebih dari tiga orang yang terkena DBD, segera hubungi perangkat desa atau wilayah setempat untuk dilakukan gerakan bersih lingkungan,” katanya. Fogging atau pengasapan, lanjut Hakam, merupakan langkah paling akhir yang ditempuh, namun yang paling optimal adalah penanganan kebersihan lingkungan yang dilakukan secara masif.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya