SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Sebanyak 122 kasus DBD tercatat telah terjadi sepanjang 2016.

Harianjogja.com, WATES-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kulonprogo mengimbau masyarakat Kulonprogo meningkatkan kewaspadaan terhadap puncak siklus enam tahunan penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang diperkirakan terjadi tahun ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meski baru pertengahan tahun, sebanyak 122 kasus DBD tercatat telah terjadi sepanjang 2016. Angka tersebut sudah melebihi data tahun sebelumnya yang mencapai 119 kasus.

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kulonprogo, Baning Rahayujati mengatakan, Kulonprogo memiliki pola yang berbeda dibanding daerah lain yang umumnya mewaspadai siklus lima tahunan DBD.
Berdasarkan pencermatan data sejak 1998, Kulonprogo cenderung harus mewaspadai siklus enam tahunan. Baning lalu mengungkapkan, puncak siklus enam tahunan terakhir terjadi pada 2010 lalu dengan 472 kasus. “Puncak siklus berikutnya lalu diperkirakan tahun ini,” ucap Baning, Jumat (15/7/2016).

Baning menjelaskan, tren peningkatan kasus DBD terpantau sejak awal tahun. Sebanyak 34 kasus terjadi pada Januari lalu dengan satu korban meninggal dunia. Meski sempat menurun pada Februari menjadi 13 kasus, grafik kejadian DBD kembali naik pada Maret dan April menjadi 25 dan 30 kasus.

Wates, Pengasih dan Sentolo disebut sebagai wilayah kecamatan paling rawan terhadap penularan DBD. Ketiganya memiliki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibanding kecamatan lain sehingga menyajikan lingkungan yang relatif kondusif bagi perkembangbiakan nyamuk aedes aegypt. Baning menambahkan, kondisi itu juga didukung dengan cuaca yang tidak menentu sehingga penularan DBD menjadi lebih mudah.

Sebagai langkah antisipasi, upaya pengasapan atau fogging telah dilakukan beberapa kali di sejumlah wilayah. Walau demikian, Baning kembali menegaskan jika fogging bukan cara paling efektif untuk menekan populasi nyamuk aedes aegypty karena hanya mampu memutus mata rantai penularan penyakit secara sementara. Metode yang paling disarankan tetap gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak dan berkala di lingkungan masing-masing

Sebelumnya, belasan warga Dusun Dlaban, Desa Sentolo, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo dilaporkan terkena DBD dalam sebulan terakhir. Kepala Dusun Dlaban, Marno mengatakan, DBD mulai menyerang satu warganya pada pertengahan Juni lalu. Warga lalu merasa resah ketika 13 orang lain mengalami hal serupa sehingga harus dirawat di rumah sakit pada kurun waktu 1-7 Juli kemarin. Meski begitu, Dinkes Kulonprogo menyatakan masih perlu melakukan validasi di sejumlah rumah sakit yang didatangi warga Dlaban untuk memastikan jika mereka memang positif DBD atau hanya gejala DBD maupun penyakit lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya