SOLOPOS.COM - Seorang petugas melakukan fogging di Desa Tempursari, Kecamatan Sambi, Kamis (28/1/2016). Jumlah penderita DBD terus bertambah sehingga Dinas Kesehatan melalui puskesmas terus intensif melakukan fogging. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Demam berdarah Boyolali, Dinkes Boyolali meminta puskesmas untuk mengasapi lingkungan di daerah endemis DBD.

Solopos.com, BOYOLALI–Korban demam berdarah dangue (DBD) terus bertambah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat, hingga pekan terakhir Januari ini sudah ada 61 orang yang mengalami sakit DBD. Oleh karena itu, Dinkes Boyolali meminta puskesmas di kecamatan dengan endemis DBD intensif melakukan fogging.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kabid Pengendalian Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinkes Boyolali, Ahmad Muzayyin, menjelaskan dengan status puskesmas yang saat ini menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) maka fogging langsung ditangani di masing-masing puskesmas dengan pengesahan Dinkes. “Sudah sepekan terakhir puskesmas intensif melakukan fogging untuk menekan jumlah penderita DBD. Lokasi fogging, tentu ada kriterianya,” kata Muzayyin, kepada Solopos.com, Kamis (28/1/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Dinkes mencatat ada 67 desa di 15 kecamatan di Boyolali yang masuk wilayah endemis DBD. Boyolali Kota, Nogosari, Banyudono, dan Ngemplak masih mencatat jumlah desa endemis DBD paling banyak.

Menurut Muzayyin, fogging  akan dilakukan hingga tidak ada lagi laporan soal penderita DBD. Meski demikian, Dinkes meminta masyarakat lebih aktif untuk menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). PSN jauh lebih efektif ketimbang fogging. Sayangnya, masyarakat belum sadar untuk melakukan PSN mandiri.

Sementara itu, pada Senin (25/1/2016), Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) bekerja sama dengan RSI Banyubening mengadakan pengobatan gratis di Desa Pentur, Simo, yang merupakan desa endemis DBD. Akses kesehatan yang belum memadai dan pendidikan yang rata-rata hanya sampai tingkat SMP menyebabkan masyarakat kurang perhatian terhadap kesehatan.

Menurut Kepala Desa Pentur, Wiryawan S.T, tingkat kesadaran masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan masih minim. Salah satu dampaknya, di Desa Pentur terdapat 20 kasus demam berdarah yang tersebar di tiga dukuh, di antaranya Dukuh Pancuran, Pentur, dan Rejosari.

“Sebenarnya puskesmas sudah semaksimal mungkin melakukan sosialisasi, penyemprotan, dan pembagian abate di daerah yang terdampak DBD. Namun, karena masyarakat masih banyak yang belum paham, sehingga DB mudah menyerang warga,” kata dia.

Pengobatan gratis diakses oleh 95 warga. “Mereka juga dibantu pengobatan gratis untuk berbagai penyakit, seperti pilek, batuk, gatal-gatal, dan nyeri sendi. Kami berharap masyarakat bisa merasakan manfaat dari pengobatan gratis ini,” kata Koordinator PKPU, Taufik Nur Hidayat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya