SOLOPOS.COM - Instalasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sari Wonogiri. Foto diambil Jumat (3/4/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, DEMAK — Kabupaten Demak merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah (Jateng) yang terancam tenggelam akibat abrasi dan penurunan muka tanah. Meskipun demikian, wilayah yang dikelilingi sungai besar ini rupanya mengalami krisis air bersih selama bertahun-tahun. Mengapa demikian?

Dilansir dari Jatengprov.go.id, Senin (11/10/2021), dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Demak, tercatat hanya delapan kecamatan yang dapat menikmati aliran dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada 2017 lalu, Pemprov Jateng melakukan program dropping air bersih ke sejumlah daerah yang ada di Kabupaten Demak. Bupati Demak yang saat itu menjabat, HM Natsir mengatakan bahwa program dropping air bersih dari Pemprov Jateng ini sangat tepat karena dapat memenuhi kebutuhan air bersih warga yang saat ini memang membutuhkan.

Selain dari program bantuan Provinsi Jateng, berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga terus dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak. Salah satunya melalui pemberdayaan program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Panen Raya Jagung di Desa Menoreh

Natsir menyebutkan hingga pada 2017 lalu, program Pamsimas ini telah tersebar di 109 desa di 14 kecamatan. Namun karena beberapa bulan terakhir di tahun 2017, beberapa sungai besar di Kabupaten Demak yang menjadi sumber air Pamsimas mengalami normalisasi, maka secara tidak langsung mempengaruhi debit air yang dihasilkan.

Dilansir dari Demakkab.bps.go.id, jumlah kecamatan yang sudah menjadi pelanggan PDAM Kabupaten Demak meningkat menjadi 10, namun tiga di antaranya memiliki jumlah pelanggan di bawah satu juta.

Terkait upaya penyediaan air bersih, Pemkab Demak akan melakukan pemasangan dan penambahan jaringan pipa baru yang masuk dalam anggaran perbaikan fasilitas dalam APBD yang nilainya mencapai Rp300 juta pada 2017.

Baca Juga: Wisata Udara di Jepara Serasa di Bali Hlo

Sementara itu, dikutip dari Ristekdikti.go.id, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kabupaten Demak terdiri atas pelayanan perkotaan dan perdesaan. Di dalam pelayanan perdesaan dan perkotaan tersebut masih terbagi lagi menjadi jaringan perpipaan dan jaringan non-perpipaan.

Jumlah penduduk Kabupaten Demak pada 2018 yang sudah menjadi pelanggan PDAM Kabupaten Demak menunjukan bahwa dari total  penduduk Kabupaten Demak yang berjumlah 1,097 juta jiwa, baru 23,68 persen penduduk yang sudah menjadi pelanggan PDAM di Kabupaten Demak.

Dengan kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Demak sebelumnya menerbitkan Peraturan Bupati Demak Nomor 20 tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Demak dengan target peningkatan 80 persen di daerah perkotaan dan 60 persen pada pedesaan hingga tahun 2028.

Baca Juga: Jelajah Anak Negeri Ajak Anak di Wonosobo Berkarya

Riset Analisa Kebutuhan Air Bersih

Bukan hanya rumah tangga, pelaku industri di Kabupaten Demak juga mengeluhkan minimnya pasokan air bersih yang menjadi kebutuhan penting. Krisis air bersih ini dialami sejumlah pengusaha di kawasan industri di Sayung, Karang Tengah, dan Mranggen, yang termasuk zona merah penurunan muka tanah.

Penurunan muka tanah tersebut menyebabkan penggunaan air bawah tanah dibatasi. Para pelaku usaha tidak bisa menyedot begitu saja air dari dalam tanah untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Dihimpun dari berbagai sumber, izin penggunaan air bawah tanah oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral di Jateng sangat ketat. Kondisi ini bertambah sulit karena Pemkab Demak melalui PDAM tidak memberikan solusi tentang krisis air bersih.

Baca juga: Cerita Pasijah 11 Tahun Jadi Penjaga Desa Tenggelam di Demak: Dilindungi Mbah Mudzakir

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, kawasan pesisir pantai utara Demak merupakan delta muda yang kontur tanahnya belum matang. Jika air bawah tanah yang dijadikan penopang terus disedot, maka dikhawatirkan pesisir Demak akan terus ambles dan tenggelam.

Penurunan muka tanah paling ekstrem ini terjadi di wilayah Kecamatan Sayung yang berbatasan langsung dengan laut Jawa. Salah satu desa di Sayung, yakni Bedono, telah tenggelam menjadi lautan akibat abrasi dan penurunan muka tanah.

Baca juga: Pesona Bedono, Desa yang Tenggelam Jadi Lautan di Demak

Jika air tanah disedot terus menerus dan tidak diimbangi dengan penanganan yang tepat, bukan tidak mungkin wilayah lain di pesisir Demak ikut tenggelam dalam 10-20 tahun ke depan.

Abrasi atau pengikisan daratan oleh gelombang alut yang terjadi di Demak sangat parah. Dikutip dari lrsdkp.litbang.kkp.go.id, laju perubahan garis pantai di Kecamatan Sayung, Demak, selama 20 tahun terakhir terlihat memprihatinkan. Abrasi tersebut diperkirakan merupakan yang paling besar dan parah di Jawa, bahkan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya