SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN —Setelah mendaftar haji pada 2011, Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno dan istrinya, Retna Susanti, baru bisa berangkat haji bersama pada 2019 atau antre delapan tahun.

Sebanyak tujuh bus berbaris di Jl. Sumonegoro Rumah Dinas Bupati Sragen, Minggu (7/7/2019) sore. Paling depan terdapat mobil voorijder Satlantas Polres Sragen.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ribuan warga yang mengantar jemaah calon haji berjejal di depan gapura gerbang Rumdin Bupati Sragen. Mereka melepas pemberangkatan saudara yang berangkat ke Tanah Cuci kloter keenam. Ada 355 calon haji dan pendamping haji di kloter tersebut.

Banyak di antara mereka yang berpelukan erat sambil meneteskan air mata. Ada yang mencium tangan dan seterusnya. Para calon haji akan meninggalkan keluarga untuk fokus beribadah selama 40 hari. Dari ratusan calon haji itu, ada satu satu sosok yang dikenal masyarakat Bumi Sukowati.

Laki-laki itu mengenakan seragam batik calon haji lengan panjang dan berpeci hitam serta bercelana abu-abu. Banyak pejabat yang mengelilinginya. Pria itu tidak lain Wakil Bupati Dedy Endriyatno.

Selain berpamitan kepada para pejabat eselon II, para kolega, ajudan, dan lainnya, Dedy juga berpamitan dengan keempat anaknya. Setelah mendaftar haji pada 2011, Dedy dan istrinya, Retna Susanti, baru bisa berangkat haji bersama pada 2019, atau antre delapan tahun.

Dia memeluk erat satu per satu anaknya, termasuk si bungsu yang masih duduk di Kelas III SD, yakni Kholid. Ibunda Dedy mendapat pelukan paling erat dan lama. “Ibu [ibunda Dedy] sudah berangkat haji pada 2013 lalu. Padahal baru mendaftar haji pada 2010. Sekarang kami berdua berangkat haji. Anak-anak dititipkan ke simbah mereka. Namanya simbah ya buat tambah-tambah,” ujar Dedy berkelakar saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu sore.

Dedy sudah membuat komitmen dengan anaknya. Mereka bisa menelepon dan berkomunikasi lewat Whatsapp saat kangen. Termasuk komitmen tentang hal-hal yang dilarang dan dibolehkan. Ada pula komitmen salat berjamaah, membaca Alquran, dan selalu mendoakan orang tua.

“Mereka [Anak-anak] yang melaksanakan komitmen itu akan dapat reward. Ya, seperti Ramadan kemarin. Ketika puasa penuh sehari dapat reward, bisa iktikaf dapat hadiah juga. Hadiahnya uang saku,” kata dia. Si bungsu, Kholid, berhasil mengumpulkan hadiah selama Ramadan hingga Rp6 juta karena dia rajin menabung.

Selain berpamitan dengan keluarga, saudara, kerabat, dan mitra kerja, Dedy juga menyiapkan diri, khususnya kesehatan, niat yang lurus, dan ikhlas. Ia berharap Allah memudahkan dan melancarkan ibadahnya.

Seusai berpamitan, Dedy naik bus nomor 1. Ia duduk di kursi paling depan bersama istrinya. Dedy terus melambaikan tangannya saat bus berangkat. Pemberangkatan kloter 6 dilepas Sekda Sragen Tatag Prabawanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya