SOLOPOS.COM - Arifki Chaniago (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Prabowo Subianto mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pada 12 Agustus 2022. Anies Baswedan dideklarasikan sebagai calon presiden yang akan diusung oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem) pada 3 Oktober 2022.

Pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Komisi Pemilihan Umum (KPU) dibuka pada 19 Oktober-25 November 2023. Walakin, upaya yang dilakukan Partai Gerindra dan Partai Nasdem baik untuk proses demokrasi di Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Partai Gerindra dan Partai Nasdem bisa dinilai lebih realistis melihat Pemilu 2024 sebagai kepentingan publik. Meskipun kedua partai politik ini masih harus berkoalisi dengan partai politik lain untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024, Partai Gerindra dan Partai Nasdem terlihat punya niat baik agar publik lebih awal mengenal calon presiden.

Menurut saya, Partai Gerindra dan Partai Nasdem lebih berani dan bisa diasumsikan siap apabila gagasan dan program kerja calon presiden yang diusung dikuliti oleh publik. Saat partai  politik lain masih malu-malu mengumumkan calon presiden yang akan diusung, Partai Gerindra dan Partai Nasdem terlihat lebih maju.

Elite dua partai politik ini mempercepat lobi-lobi menentukan calon presiden yang akan diusung dan fokus memperkenalkan calon presiden itu kepada publik. Banyak hal baik ketika calon presiden dan calon wakil presiden diumumkan lebih cepat kepada masyarakat.

Pertama, calon presiden dan calon wakil presiden dipilih oleh masyarakat pada Pemilu 2024. Bukan hanya elite politik yang menyediakan calon presiden dan calon wakil presiden pada menit-menit akhir, lalu masyarakat dipaksa memilih calon yang tersedia.

Pada akhirnya masyarakat tidak memperoleh kesempatan mengulas gagasan, program, dan prestasi calon presiden dan calon wakil presiden. Kedua, sudah saatnya publik fokus pada kinerja calon presiden dan apa kira-kira yang bisa dilakukan jika terpilih sebagai presiden.

Ketiga, Pemilu 2024 itu semuanya dari nol dan dilakukan secara serentak. Ketika partai politik ingin mendapatkan efek ekor jas dengan mengusung calon presiden dan calon wakil presiden lebih awal, ini  logis karena targetnya popularitas calon presiden berdampak meningkatkan perolehan dukungan atau suara partai politik.

Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo selalu menjadi tokoh yang berada di klasemen atas berbagai lembaga survei sebagai calon presiden potensial. Sebelum Anies dideklarasikan oleh Partai Nasdem sebagai calon presiden, Prabowo dinilai sebagai tokoh yang paling beruntung.

Pertama, Prabowo adalah Ketua Umum Partai Partai Gerindra sekaligus pendiri dan pemilih partai ini sehingga sulit bagi kader lain untuk merebut tiket calon presiden dari Prabowo, kecuali Prabowo yang tidak ingin maju sebagai calon presiden.

Kedua, Prabowo memiliki elektabilitas yang baik selain didukung oleh pengalaman sebagai calon presiden dan calon wakil presiden di tiga kali pemilihan presiden. Pada urusan membangun citra diri, tidaklah sulit bagi Prabowo memperkenalkan diri kepada masyarakat.

Popularitas

Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo berada pada  konteks yang sama, meskipun pada sisi lainnya ada keberuntungan Anies yang diperoleh lebih awal. Anies bukan kader partai politik manapun, tetapi paling awal mendapatkan kemungkinan tiket pemilihan presiden setelah ia dideklarasikan oleh Partai Nasdem sebagai calon presiden.

Ganjar Pranowo dari sisi popularitas memang selalu bersaing dengan Prabowo dan Anies, tetapi kepastian untuk diusung sebagai calon presiden oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih diakhiri tanda tanya. Ada kader PDIP lainnya, Puan Maharani, yang juga ingin mengambil kesempatan untuk bertarung di Pemilu 2024.

Kesiapan Ganjar untuk maju sebagai calon presiden yang dikemukakan secara tersirat di salah satu satu stasiun TV swasta beberapa waktu lalu bisa dimaknai sebagai sinyal bahwa Ganjar telah mendeklarasikan diri alam ikut dalam kontestasi pemilihan presiden pada 2024. Sebagai tokoh yang selalu masuk tiga besar versi berbagai lembaga survei, pilihan Ganjar untuk menyatakan hal tersebut realistis.

Pertama, kesempatan itu tidak akan didapatkan oleh Ganjar pada 2029 karena kemungkinan selera publik sudah berubah. Kedua, pemenang pemilihan presiden pada 2024 tentu berupaya untuk menang kalki kedua pada Pemilu 2029.

Sejak pemilihan presiden dilaksanakan secara langsung, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo telah membuktikan ketangguhan petahana untuk menang yang dua kali. Selain itu, upaya Partai Gerindra dan Partai Nasdem mendeklarasikan calon presiden yang akan berlaga pada Pemilu 2024 lebih awal seharusnya mendorong PDIP dan tiga partai politik yang berhimpun dalam Kolaisi Indonesia Bersatu juga memperkenalkan calon presiden yang akan diusung.

Perhatian publik berubah setelah Prabowo dideklarasikan sebagai calon presiden oleh Partai Gerindra dan Anies dideklarasikan sebagai calon presiden oleh Partai Nasdem. Jika terlalu lama menahan pengumuman calon presiden, bisa saja diambil oleh partai politik atau koalisi partai politik untuk ikut pemilihan presiden pada 2024.

Pilihan yang tersedia adalah menyerah dengan menawarkan diri sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo atau Anies. Pilihan yang paling menyakitkan sebagai partai politik pengusung karena waktu yang pendek lebih realistis mendukung calon presiden yang sudah dikenal masyarakat sejak awal daripada mendeklarasikan calon presiden yang akan diusung pada menit-menit akhir.

Koalisi Indonesia Bersatu harus siap menerima pil pahit jika terlalu lama menahan pengumumun calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung. Perhatian publik berkemungkinan terfokus kepada Prabowo dan Anies karena lebih realistis dan dinilai lebih berani.

Prabowo dan Anies mengikusertakan publik lebih awal dengan memberikan kesempatan gagasan dan prestasi mereka diuji, dibedah, dan dikritik oleh masyarakat. Keputusan siapa yang diusung sebagai calon presiden atau caalon wakil presiden pada akhirnya berada di tangan partai politik.

Tentu tidak elok ketika partai politik mengesampingkan harapan publik terhadap tokoh-tokoh yang seharusnya layak maju sebagai calon presiden hanya demi kepentingan elite partai politik. Elite partai politik harus menyadari Pemilu 2024 dilakukan secara serentak.

Secara tidak langsung ada pengaruh calon presiden terhadap suara partai politik atau efek ekor jas. Selain melihat calon presiden dan calon wakil presiden yang dianggap sesuai, masyarakat juga mendapatkan kesempatan memilih partai politik yang memang memperjuangkan kepentingan mereka.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 10 November 2022. Penulis adalah Direktur Eksekutif Aljabar Strategic)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya