SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti penyebar demam berdarah dengue. (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, KLATEN -- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Klaten sepanjang tahun 2019 melonjak drastis dibandingkan satu tahun sebelumnya. Jumlah penularan DBD di Klaten di tahun 2019 mencapai 319 kasus dengan lima orang di antaranya dipastikan meninggal dunia.

Berdasarkan data yang dihimpun , jumlah pasien DBD di tahun 2019 jauh lebih banyak dibandingkan tahun 2018 yang hanya 20 kasus. Di tahun 2018, angka kematian akibat DBD mencapai satu orang orang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meningkatkan jumlah DBD di Klaten disebabkan faktor pancaroba dan pola hidup bersih di masyarakat. Kasus DBD terbanyak di tahun 2019 berada di Kecamatan Bayat, yakni 26 kasus.

“Data di tahun 2019 itu berlangsung hingga pekan ke-51. DBD ini sangat dipengaruhi lingkungan. Makanya di setiap kesempatan bertemu dengan masyarakat, kami menyampaikan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Ini sangat efektif dibandingkan upaya lain, seperti fogging,” kata Kepala Bidang (kabid) Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) di Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Anggit Budiarto, saat ditemui wartawan di kantornya, pekan lalu.

Diao mengatakan penyakit DBD masih mengintai warga hingga sekarang. Hal itu menyusul mulai tingginya frekuensi hujan di Kabupaten Bersinar dalam beberapa waktu terakhir. Virus dengue penyebab penyakit DBD dibawa nyamuk aedes aegypti. Masa inkubasi nyamuk itu 10 hari-14 hari.

“Justru musim seperti ini [musim hujan] yang patut diwaspadai. Misalnya ada talang mendelong atau botol kosong tiba-tiba terisi air hujan, lalu airnya tergenang di situ. Cara paling ampuh membasmi DBD, ya PSN. Rumah tetangga yang kosong juga perlu dipantau. Barangkali ada botol bekas yang berisi air,” katanya.

Anggit Budiarto mengatakan pengerahan terhadap juru pemantau jentik nyamuk (Jumantik) tetap dilakukan Dinkes Klaten. Inovasi terbaru Dinkes, yakni menggalakkan program gerebek jentik nyamuk dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.

“Kami berharap, di tahun 2020 angkanya dapat menurun. Tidak ada lagi yang meninggal dunia [karena DBD]. Warga diminta mewaspadai saat ada yang mengalami panas selama 2-3 hari berturut-turut, nafsu makan menurun, pandangan agak kabur, mimisan, dan lainnya. Segera saja berobat kalau seperti itu [pergi ke rumah sakit terdekat],” katanya.

Wisatawan Membludak, Retribusi Bukit Sidoguro Tembus Rp85 Juta Dalam 2 Pekan

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Klaten, Wahyuning Nugraheni, mengatakan beberapa daerah endemis DBD di Klaten di tahun 2019, yakni Tlogorandu (Juwiring), Danguran (Klaten Selatan), dan Tlogo (Prambanan).

“Kalau di tahun 2018 ada juga Desa Janti (Polanharjo). Tapi di 2019, di desa tersebut sudah tidak ada kasus lagi. Sehingga tak termasuk endemis,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya