SOLOPOS.COM - Pengunjung mulai memadati Pasar Beringharjo Barat, Sabtu (17/6/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Pengamat ekonomi sepakat bahwa DIY tidak mengalami penurunan daya beli

Harianjogja.com, JOGJA-Pengamat ekonomi sepakat bahwa DIY tidak mengalami penurunan daya beli. Beberapa indikator yang ada menguatkan bahwa kondisi daya beli masyarakat DIY masih solid.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Indikator pertama dilihat dari sisi konsumsi yang menunjukkan perbaikan sejak pertengahan 2016. Di tengah tren perlambatan konsumsi masyarakat secara nasional, konsumsi masyarakat DIY mampu tumbuh 5,47% (year on year/yoy).

Pertumbuhan ini merupakan angka tertinggi selama tiga tahun terakhir. Sumbangan terbesar berasal dari konsumsi masyarakat saat Idulftri dan liburan sekolah yang andil 71% terhadap PDRB.

“Penguatan konsumsi ini membuat pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan II sebesar 5,17 persen (yoy) lebih kuat dibandingkan nasional 5,01 persen maupun pertumbuhan pada triwulan I 2017 sebesar 5,12 persen (yoy),” kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY Budi Hanoto, Jumat (25/8/2017) sore.

Selain konsumsi yang masih tinggi, ketersediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan juga menjadi indikator daya beli masyarakat DIY masih baik. Hal tersebut dilihat dari pergeseran pekerja informal ke sektor formal serta meningkatnya upah setiap tahun.

Indikator lainnya juga dilihat dari jumlah kendaraan khususnya roda empat yang naik, konsumsi listrik meningkat, dan kredit konsumsi yang semakin tinggi. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) sendiri mampu tumbuh sebesar 9,18% (yoy), lebih tinggi dari triwulan I 2017 maupun Triwulan II 2016 yang tercatat sebesar 6,41% (yoy) dan 1,69% (yoy).

Kepala Tim Advisori Ekonomi dan Keuangan KPw BI DIY Sri Fitriani menambahkan, daya beli masyarakat DIY yang solid juga terlihat dari adanya penggunaan tabungan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi. Pihaknya mengakui, pada triwulan II 2017 Dana Pihak Ketiga (DPK) terutama dari unsur tabungan melambat.

“Setelah kami survei ke beberapa konsumen, mereka memang menyatakan kalau tabungan itu digunakan untuk konsumsi kebutuhan seasonal Lebaran,” ujarnya.

Hal ini terindikasi dari peningkatan penggunaan pangsa penghasilan untuk konsumsi dari 59,56% pada bulan Mei 2017 menjadi 64,05% pada bulan Juni 2017.

Masih solidnya daya beli masyarakat juga ditopang dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang meningkat. Begitu juga dengan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang naik untuk kelompok makanan dan minuman.

“Kalangan pengusaha yang kami survei juga mengaku penjualannya naik khususnya untuk pertanian, industri pengolahan, dan hotel resto,” katanya.

Melihat beberapa indikator yang mencatatkan pertumbuhan tersebut, kalangan pengamat ekonomi mulai dari Bank Indonesia, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ESAI) DIY, dan Badan Pusat Statistik (BPS) DIY yang menggelar focus group discussion pada Jumat (25/8/2017) di kantor BI sepakat bahwa perekonomian DIY 2017 akan tumbuh pada rentang 5,0-5,4%. Bernadheta Dian Saraswati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya