SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR — Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur tercatat kali terakhir meletus pada 28 November 1883. Gunung ini merupakan salah satu kerucut gunung api di Indonesia yang memiliki keterdapatan manifestasi panas bumi dengan sebaran cukup luas di bagian lerengnya.

Hasil kajian menunjukkan bahwa Gunung Lawu memiliki volume gunung api sebesar 300 kilometer kubik. Besarnya volume itu mengindikasikan keberadaan dapur magma yang cukup besar sebagai sumber panas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Berpotensi Meletus Lagi, Gunung Lawu Punya Dapur Magma Besar

Berdasarkan penelitian dengan metode vulkanostratigrafi yang dilakukan oleh Dudi Hermawan dan Lano Adhitya Permana, diketahui Gunung Lawu memiliki dapur magma berukuran besar. Peneliti dari Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi itu menentukan parameter-parameter karakteristik vulkanik Gunung Lawu. Meliputi, volume dan pola struktur geologi sebagai data primer, serta umur vulkanisme dan evolusi magma sebagai data sekunder.

Konservasi Merapi dan Mitigasi Erupsi dalam Secangkir Kopi

Budidaya tanaman kopi di Lereng Merapi selain alasan ekonomi, juga menjadi upaya konservasi dan mitigasi erupsi Gunung Merapi.

Hampir satu dekade, warga di Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, berjuang mengembalikan kejayaan kopi asal daerah itu ke masyarakat luas. Di dusun yang hanya berjarak 4 KM dari puncak Gunung Merapi tersebut, mereka menanam kopi jenis arabica. Selain Desa Sidorejo, dua desa lain yakni Desa Tegalmulyo dan Balerante juga mengembangkan tanaman serupa.

Baca Juga: Konservasi Merapi dan Mitigasi Erupsi dalam Secangkir Kopi

Sebenarnya, sejak zaman Belanda kopi jenis itu sudah ditanam warga di sana. Hingga kini, sejumlah tempat lebih dikenal dengan tempat yang berkaitan perkebunan kopi sekaligus tempat produksi. Seperti kawasan Pesanggrahan PB X yang berada di Dusun Deles. Sebagian warga masih menyebut kawasan tersebut dengan nama pabrik.

PLTA Poso Munculkan Ekses bagi Masyarakat Adat dan Lingkungan

PLTA Poso dan PLTA Malea yang menjadi pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) terbesar di Indonesia bagian timur menyisakan ekses pada masyarakat adat dan lingkungan.

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso dan PLTA Malea yang menjadi pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) terbesar di Indonesia bagian timur dengan kapasitas 605 megawatt (MW) menyisakan persoalan yang belum selesai berkaitan dengan masyarakat adat dan lingkungan.

Baca Juga: PLTA Poso Munculkan Ekses bagi Masyarakat Adat dan Lingkungan

Presiden Joko Widodo meresmikan PLTA Poso dan PLTA Malea di Sulawesi, Jumat (25/2/2022). Dua PLTA itu dibangun dan dioperasikan oleh grup usaha milik mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. PLTA Poso berkapasitas 515 MW dibangun di Poso, Sulawesi Tengah. PLTA Malea berkapasitas 90 MW didirikan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Tiga berita tersebut merupakan konten yang bisa diakses secara premium di layanan Espos Plus. Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan sudut pandang khas dan pembahasan mendalam dengan basis jurnalisme presisi. Membaca konten premium akan mendapatkan pemahaman komprehensif tentang suatu topik dengan dukungan data yang lengkap. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium di kanal Espos Plus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya