SOLOPOS.COM - Karyawan menyelesaikan pemasangan lampu penerangan baru ruang pamer wayang di Museum Radya Pustaka Solo, Selasa (17/5/2016). Honor untuk anggota komite museum dipangkas karena terbatasnya anggaran operasional dari Pemkot Solo. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Dana hibah Solo, komite Radya Pustaka rela honor dipangkas hingga 40%.

Solopos.com, SOLO–Honor Komite Museum Radya Pustaka terpaksa dipangkas hingga 40%, dari Rp3 juta per bulan menjadi Rp1,8 juta per bulan. Minimnya anggaran operasional yang diterima, penyebab honor kena pangkas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Komite Museum Radya Pustaka, Purnomo Subagyo, mengemukakan ada pembatasan penggunaan dana hibah Museum Radya Pustaka yang dikucurkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menetapkan porsi 60:40 dalam penggunaan anggaran hibah Museum Radya Pustaka.

“60% digunakan untuk operasional dan 40% membayar honor dari total anggaran diterima Rp300 juta pada tahun ini,” kata Purnomo ketika dijumpai wartawan di Balai Kota, Selasa (17/5/2016).

Purnomo menghitung anggaran honor pegawai hanya bisa dialokasikan Rp120 juta untuk setahun atau Rp10 juta per bulannya. Hal ini merujuk porsi untuk membayar honor hanya dialokasikan 40% dari total anggaran Rp300 juta. Honor tersebut tidak mencukupi untuk membayar delapan karyawan Radya Pustaka, empat anggota komite dan dua orang dewan pembina. Honor karyawan diberikan bervariasi Rp1 juta-Rp1,2 juta per bulan. Sementara honor anggota komite dibayar Rp3 juta per bulan dan dewan pembina Rp1 juta per bulan.

“Jadi kalau kita hitung porsi anggaran untuk membayar honor Rp10 juta per bulan, jelas tidak cukup. Bayar karyawan saja sudah Rp8 juta lebih per bulan,” keluh Purnomo.

Pihaknya kemudian melobi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) untuk merubah komposisi porsi anggaran menjadi 50:50, yakni 50% untuk operasional dan 50% untuk honor. Dengan begitu, porsi anggaran untuk membayar honor menjadi Rp150 juta atau Rp15 juta per bulan. Namun anggaran ini tetap tidak mencukupi untuk membayar seluruh honor karyawan, komite dan dewan pembina. Sehingga pihaknya terpaksa memangkas honor komite dan penyetop untuk membayar honor dewan pembina.

“Kami tidak mungkin memangkas honor karyawan. Jadi kami memangkas honor komite dari Rp3 juta per menjadi Rp1,8 juta per bulan. Sedangkan dewan pembina, sebelumnya diberi honor Rp1 juta per bulan, sekarang tidak dibayar,” katanya.

Tahun ini, Purnomo menyebut jika anggaran hibah dari Pemkot untuk Museum Radya Pustaka menurun Rp100 juta dibanding 2015 lalu, diterima Rp400 juta. Purnomo mengaku sedikit kesulitan dengan pembagian alokasi penggunaan dana hibah menyesuaikan aturan baru. Sebab sebelumnya tidak ada pembatasan penggunaan anggaran. Di mana komite bebas menggalokasikan anggaran yang diterima untuk kepentingan museum, baik operasional maupun membayar honor. “Tapi kami pasrah dan mengikuti kebijakan dari Pemkot. Termasuk soal nasib komite akan diubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) atau lainnya,” katanya.

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo mengatakan masih menggodok konsep pengelolaan Museum Radya Pustaka ke depan. Apakah akan dibentuk menjadi UPTD dan dijadikan satu dengan Museum Keris atau bentuk lainnya. “Komite akan dibubarkan, tapi orang-orangnya mungkin akan tetap dimasukkan dalam bentuk organisasi yang baru nanti. Karena meskipun nanti berbentuk UPTD, tetap akan butuh pakar atau ahli yang menguasai bidang permuseuman,” jelas Rudy, panggilan akrabnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya