SOLOPOS.COM - Kepala UPT Pasar Umum Boyolali, Tri Murwanto (tengah), saat diwawancara tentang pasar tradisional di Boyolali yang sepi pengunjung setelah pandemi covid-19. (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Pandemi Covid-19 dinilai memberikan dampak yang sangat besar pada perputaran ekonomi di pasar tradisional, salah satunya Pasar Mojosongo Boyolali.

Kepala UPT Pasar Umum Boyolali, Tri Murwanto mengatakan pandemi membuat hampir semua usaha mengalami penurunan drastis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Gimana lagi, saya kira bukan pasar Mojosongo saja, tapi semua pasar terdampak,”  kata Tri saat ditemui di kantornya, Senin (28/11/2022).

Tri menjelaskan imbas Covid-19 tidak main-main terhadap perputaran ekonomi di pasar-pasar Boyolali.

Pemerintah kabupaten mengelola sejumlah pasar di Boyolali seperti Pasar Ngangkrung, Pasar Kota Boyolali, Pasar Ngebong, dan lainnya, termasuk di dalamnya Pasar Mojosongo. “Intinya dampak Covid-19 itu memang membuat ekonomi turun,” tuturnya.

Baca juga: Buntut Protes di Xinjiang, China Longgarkan Lockdown

Padahal Pasar Mojosongo belum lama selesai proses relokasi. Pasar itu baru mulai ditempat para pedagang sekitar 2019. Menurut Tri, pemindahan pasar juga bisa menjadi salah satu faktor pasar berubah sepi.

“Biasanya seperti itu, kalau pemindahan pasar, itu biasanya terdampak. Namun, sehabis Covid-19 itu entah pasar baru, entah pasar lama, semuanya terdampak,” terang dia.

Di luar Pasar Mojosongo, Tri mencontohkan Pasar Boyolali yang juga sepi pembeli akibat Covid-19.

”Ini pasar lama, tapi kondisinya ya seperti ini, banyak yang tidak jualan, banyak yang mungkin kehabisan modal atau apa,” terangnya.

Untuk membangkitkan kembali pasar-pasar yang terdampak Covid-19, Tri menggandeng kerja sama dengan pihak luar, memusatkan kegiatan-kegiatan di pasar. Dengan harapan, pasar bisa bangkit kembali setelah melewati Covid-19.

Baca juga: Hasil Studi Sebut Faringitis Jadi Gejala Utama Covid-19 bagi yang Sudah Vaksin

“Kalau ada event kami larikan ke sana [pasar], misalnya kegiatan gantangan [lomba kicau] burung di pasar Ngebong,” tuturnya.

Sementara, Lurah Pasar Mojosongo, Drajat Nur Cahyo mengakui, semenjak pasar dipindahkan ke tempat baru, pengunjung pasar baru lebih sedikit dibanding pengunjung di pasar lama.

“Penjunjungnya sendiri sudah lebih berkurang. Karena banyak penjual keliling itu mengurangi juga,” kata dia.

Selain karena faktor penjual keliling yang semakin menjamur, Drajat mengakui bahwa pasar baru saat ini tidak dilalui jalur kendaraan umum, seperti di pasar lama. Sehingga, itu juga dinilai menjadi salah satu penyebab pasar baru sepi.

Selanjutnya, dampak pandemi Covid-19 dinilai sangat berpengaruh pada perputaran ekonomi di pasar. Untuk menghidupkan pasar, pemerintah menggelar semacam acara-acara di pasar baru.

Baca juga: Stok Vaksin Habis, Dinkes Gunungkidul Tunda Vaksinasi Covid-19

“Semacam terobosan, satu tahun dua kali ada santunan anak yatim, setiap Sabtu ada senam bersama di pasar,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya