SOLOPOS.COM - Petugas sebuah SPBU tengah mengisikan BBM Pertamax (JIBI/Bisnis/Nurul Hidayat)

Solopos.com, SOLO – Harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) turun menjadi Rp9.950 per liter. Namun di Soloraya harga pertamax tetap Rp10.800 per liter.

Marketing Branch Manager (BM) DIY-Surakarta PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jateng-DIY, Freddy Anwar, mengatakan harga pertamax mengikuti harga minyak dunia yang saat ini sedang turun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun di wilayah DIY, Semarang dan Soloraya, hingga saat ini belum ada penyesuaian harga karena ada biaya transportasi. Dia mengaku belum mengetahui kapan penerapan harga baru tersebut akan diberlakukan di Jateng dan DIY.

“Kami akui saat ini pertamax semakin diminati masyarakat semenjak kenaikan harga BBM subsidi pekan lalu karena disparitas harga yang kecil. Tapi sampai saat ini belum ada penyesuaian harga baru untuk pertamax di Jogja, Semarang, dan Solo,” ungkap Freddy saat dihubungi , Senin (24/11/2014).

Dia menyampaikan saat ini konsumsi pertamax di Soloraya naik 45% sedangkan konsumsi premium turun 2%. Menurut dia, tingginya konsumsi pertamax juga dipengaruhi daya beli masyarakat yang meningkat.

Selain itu, pengetahuan masyarakat mengenai keunggulan pertamax juga semakin lebih baik, yakni lebih irit dan bagus untuk mesin.

Salah satu pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jebres, yang enggan disebut namanya menuturkan belum adanya penyesuaian harga pertamax karena di Jabodetabek, persaingan sangat ketat karena ada Shell dan Petronas.

Namun di kota kecil seperti Solo, Pertamina masih memonopoli pernjualan BBM sehingga dijual dengan harga mahal pun masih tetap akan dicari masyarakat.

Dia juga menjelaskan konsumsi pertamax meningkat 50%-70%, yakni dari rata-rata penjualan harian 800 liter menjadi 1.100 liter-1.200 liter.

Menurut dia, kebanyakan yang beralih menggunakan pertamax adalah sepeda motor. Sedangkan konsumsi premium saat ini mengalami penurunan dari 20 kilo liter (KL) menjadi 16 KL dan konsumsi solar juga turun dari 6 KL menjadi 5 KL.

Menurut dia, penurunan konsumsi BBM subsidi biasanya selalu terjadi saat harga naik. Namun setelah masyarakat mampu beradaptasi, konsumsi diperkirakan akan kembali normal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya