SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Solo, Purwanti, menghadiri peringatan HUT ke-15 Ikatan Penyuluh KB (Ipekb) Solo di Pendapa Kecamatan Jebres, Rabu (27/7/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Penyuluh Program Keluarga Berencana atau KB Kota Solo kerap menghadapi akseptor yang nyeleneh. Ada yang tidak jujur sampai menolak program KB akibat menganut kepercayaan tertentu.

Padahal para penyuluh itu harus menyukseskan program KB supaya semua keluarga Kota Solo berkualitas atua sejahtera dan mempercepat penurunan angka stunting. Jumlah penyuluh KB di Kota Bengawan saat ini ada 35 orang dan sembilan orang di antaranya laki-laki.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selain melayani urusan alat kontrasepsi bagi pasangan usia subur (PUS), penyuluh KB bertugas membina kelompok anak balita, remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan orang lansia.

Seperti yang dilakukan Romdhoni Witojatmiko yang mengabdi menjadi penyuluh KB di Kota Solo sejak 2009 atau waktu dia masih bujang. Pengalaman awal menjadi penyuluh cukup membuatnya maktratap. Ia pernah ditelepon salah satu ibu-ibu yang hamil anak  ketiga. Dhoni kaget mendengar kabar itu.

“Dia bilang, ‘Pak, saya telat’. Mak prinding, enggak ngapa-ngapain anaknya orang kok telat. Ternyata akseptor yang dilayani mengalami kegagalan,” katanya kepada Solopos.com di sela-sela Hari Ulang Tahun (HUT) ke-15 Ikatan Penyuluh KB (Ipekb) Solo di Pendapa Kecamatan Jebres, Rabu (27/7/2022).

Baca Juga: Solo Kembali Raih Predikat Kota Layak Anak Utama, Sudah 5 Kali Lho

Akseptor Tidak Jujur

Penyuluh KB menelusuri penyebab ibu itu hamil meskipun telah memakai alat kontrasepsi berupa intrauterine device (IUD) secara gratis. Rupanya kegagalan bukan karena teknis atau human error namun akseptor yang tidak jujur kepada penyuluh KB.

Penyuluh KB di Solo itu menjelaskan pemasangan IUD idealnya dilakukan pada hari terakhir haid karena kondisi mulut rahim terbuka dan menjadi jaminan dalam kondisi tidak hamil. Ibu yang dinyatakan hamil itu mengaku hari terakhir haid pada waktu pelayanan pemasangan IUD.

“Ketika pemasangan, ternyata sudah 15 hari setelah haid dan sudah berhubungan dengan suaminya,” tuturnya yang juga Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Ipekb Solo.

Baca Juga: Di Magelang, Kepala BKKBN Keluhkan Kurangnya 26.000 Penyuluh KB

Ibu itu memang tidak berencana memiliki anak lagi namun penyuluh KB berusaha menguatkan dan menyalurkan program santunan. Dhoni mengatakan kini ia sudah terbiasa melayani PUS khususnya ibu-ibu.

Perempuan yang menolak dilayani penyuluh KB laki-laki di Solo bisa dilayani penyuluh perempuan. Ketua Upekb Solo Agus Sri Purno mengatakan PUS Kota Solo rata-rata sudah menjalani KB meskipun ada yang melakukan dengan  cara sistem kalender dan kondom.

Door to Door

Sementara ada sebagian kecil PUS yang tidak mau menjalani KB. “Karakter masyarakat perkotaan beda dengan desa, kota lebih kritis, memperhatikan efek pemasangan alat kontrasepsi, dan sebagainya. Kami menyasar dengan door to door,” jelasnya.

Baca Juga: Blusukan Ke Keprabon Solo, Selvi Ananda Ajak PUS Ikut KB

Menurutnya, PUS yang sulit diajak ber-KB rata-rata alasan kepercayaan/agama tertentu. Ada beberapa golongan yang menganggap anak adalah anugerah sehingga tidak mempermasalahkan jika punya banyak anak.

Penyuluh KB di Solo menggandeng Forum Komunikasi Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera Dan Kependudukan (Faksedu) untuk menjangkau mereka yang tak mau ber-KB karena alasan kepercayaan.

“Tapi kalau sudah kepercayaan itu susah. Kadang kami mau tak mau itu ditinggal terus mencari prospek yang lain. Daripada kegandulan satu menjadi beban kami. Kalau sudah tidak mau karena faktor agama ya sudah kami tinggal. Kami mengedukasi dengan mendatangkan tokoh agama bahwa KB itu tidak dilarang namun kami tidak memaksa,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya