SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan Balai Desa Kiringan, Senin (16/1/2023) pagi. Angka kemiskinan di Desa Kiringan sempat menyentuh 23,3 persen di tahun 2021. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Angka kemiskinan di Desa Kiringan, Kecamatan/Kabupaten Boyolali sempat mencapai 23,3% di tahun 2021 silam. Kepala Desa (Kades) Kiringan, Sri Wuryanto, sempat kaget melihat angka tersebut.

Ia mengungkapkan data tersebut diperoleh dari Monitoring Center For Development (MCD) Boyolali pada masa pandemi tahun kedua. Sri Wuryanto akhirnya menyadari jika dampak pandemi memang luar biasa di bidang ekonomi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Ini merupakan tantangan desa bagaimana bisa mengurangi tingkat kemiskinan,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di kantornya, Minggu (15/1/2023).

Pemerintah Desa (Pemdes) Kiringan pun berupaya menurunkan angka kemiskinan dengan cara melibatkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam setiap acara. Beberapa contohnya seperti Gebyar UMKM sekaligus pembukaan food court Kimura pada Agustus 2022.

Selain itu, baru saja diadakan Gebyar UMKM pada malam hari selama tiga pekan dari mulai akhir Desember 2022 hingga Sabtu (14/1/2023).

“Jadi kami membuat Gebyar UMKM pada 2022 karena lama enggak ada hiburan. Pikiran saya, itu momen yang tepat. Ternyata benar, yang datang itu banyak. Jadi parkirnya banyak, yang UMKM juga laku,” cerita dia.

Sri mengungkapkan pada Gebyar UMKM akhir tahun 2022 di sekitar Balai Desa Kiringan, masyarakat yang mengelola parkir per pekannya mendapatkan Rp500.000. Padahal, ada 14 orang yang mengelola parkir.

Ia menjelaskan sebanyak 30 persen uang parkir yang didapatkan masyarakat diserahkan ke desa. Sisanya dimanfaatkan masyarakat. Saat Gebyar UMKM menyambut tahun baru 2023 ada sekitar 23 pelaku UMKM yang berdagang setiap malam.

“Pengunjungnya itu banyak, ada yang dari Desa Pager, itu kan masuknya Kabupaten Semarang. Jadi memang Gebyar UMKM diadakan agar orang luar masuk ke Kiringan, membelanjakan uang mereka di sini. Terus pelaku UMKM bisa promosi dan dapat relasi di situ,” jelasnya.

Selanjutnya, acara ketiga yang menurut Sri Wuryanto menyedot animo masyarakat luas adalah lomba lato-lato di Desa Kiringan. Para peserta yang mengikuti lomba, di antaranya berasal dari Semarang, Boyolali, dan Klaten.

“Yang ikut lomba lato-lato itu anaknya. Orang tuanya ikut mengantarkan. Kan nanti mereka akan jajan di produk UMKM warga sini,” jelasnya.

Lebih lanjut, Sri menjelaskan angka kemiskinan di desanya mulai menurun menjadi 16-an persen pada 2022. Ia berharap angka kemiskinan di desanya terus turun.

Terlebih, ketika ada pembangunan Masjid Gedhe Boyolali di areanya, ia berharap warga dapat berjualan di sekitar masjid dan bisa mengelola parkir.

Di samping itu, semisal nantinya Pemdes diperbolehkan mengelola parkir Masjid Gedhe Boyolali, Sri memproyeksikan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat dan akan dapat menambah Pendapatan Asli Desa (PADes).

“Dengan usaha yang telah kami lakukan, kami berharap sampai akhir 2023 ini, kami menargetkan angka kemiskinan bisa di bawah 10%,” ujar dia.

Tak hanya menggerakkan UMKM, Sri mengaku juga berusaha menghubungi beberapa perusahaan agar dapat menyalurkan tenaga kerja dari Desa Kiringan. Minimal dengan satu orang dalam satu Kartu Keluarga (KK) sudah dapat mengurangi angka kemiskinan di Kiringan, Boyolali.

“Terbukti di pandemi, banyak yang kena PHK [Pemutusan Hubungan Kerja]. Ada juga wiraswasta yang jualannya tidak laku. Jadinya kemiskinan terus meningkat,” ujar dia.

Ketua Paguyuban UMKM Kiringan, Daryanto, mengaku omzet kawan-kawannya dapat meningkat hingga tiga kali lipat setelah adanya Gebyar UMKM. Para pelaku UMKM setempat meminta agar Gebyar UMKM dapat digelar secara rutin tiap dua hingga tiga bulan sekali.

“Dengan adanya Gebyar UMKM, banyak teman-teman yang mengadu kalau omzetnya naik. Omzet mereka dari yang Rp250.000-Rp500.000 per hari,” kata dia.

Menurutnya, omzet tersebut sangat bagus, apalagi dengan harga sewa lapak per harinya yang hanya Rp10.000 per malam. Uang tersebut pun digunakan untuk uang listrik, kebersihan, dan atap seng.

“Harapan kami, nantinya Pemkab Boyolali semisal ada bazar begitu bisa memberikan lapak bagi pelaku UMKM lokal dan desa dengan harga sewa murah. Kadang itu, pelaku UMKM yang seperti kami tak bisa keluar dari desa karena kadang tahunya harga sewa lapak yang melebihi omzet kami,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya