SOLOPOS.COM - Pedagang di kawasan wisata Watu Cenik Wonogiri, Suparti, 61, menunggu wisatawan datang membeli dagangannya, Rabu (5/1/2022). (Solopos/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Kawasan wisata Wonogiri, salah satunya Watu Cenik di Dusun Prampelan, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri sudah buka pada 24 Oktober 2021. Tetapi, belum banyak wisatawan mampir.

Padahal, pemerintah sudah melonggarkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Watu Cenik menawarkan pemandangan Waduk Gajah Mungkur (WGM) secara jelas dari ketinggian bukit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di Watu Cenik terdapat empat bangunan yang menjadi lapak pedagang menjajakan makanan-minuman ringan kepada wisatawan. Salah satu pedagang di Watu Cenik, Suparti, 61, bercerita pedagang menutup lapak sejak Maret 2020.

Baca Juga : Watu Cenik Sendang Wonogiri: Tempat Bertapa Yang Kini Jadi Objek Wisata

Di warung persegi dan terbuka itu, Suparti menjajakan mie instan, minuman kemasan, dan jajanan ringan. “Saya tadi buka sekitar pukul 08.30 WIB. Setiap hari kalau enggak ada acara di rumah pasti buka,” ujar Suparti ketika ditemui Solopos.com, Rabu (5/1/2022).

Suparti, pedagang pertama yang membuka lapak di Watu Cenik, tepatnya sejak tujuh tahun lalu. Semula, pedagang di kawasan wisata itu tak punya bangunan permanen seperti sekarang.

“Dulu ya jualannya cuma di titik-titik yang dirasa pengunjungnya bakal ramai. Semenjak dikelola BUM Desa dan pedagang dikasih tempat, baru lah menempati bangunan yang sekarang untuk jualan” ujarnya.

Baca Juga : Wisata Watu Cenik: Melihat Pesona Alam Wonogiri dari Ketinggian

Suparti mengaku mendapatkan penghasilan Rp200.000-Rp250.000 dalam sehari sebelum pandemi Covid-19. Dalam ingatannya, wisatawan di Watu Cenik selalu datang setiap hari.

Tak seperti sekarang, warung Suparti sepi meski PPKM sudah longgar dan Watu Cenik dibuka untuk umum. Paling banter, menurut Suparti, ia mendapatkan Rp50.000 per hari. Ia mengaku bersyukur meski kenyataannya tak setiap hari warungnya didatangi pengunjung.

Cerita yang sama disampaikan pedagang lain di Watu Cenik, Sriyanti, 45. Sriyanti mengaku baru berdagang di Watu Cenik tahun 2018.

Baca Juga : Meski Sudah Buka Sejak 24 Oktrober 2021, Watu Cenik Tak Seramai Dulu

“Dulu saya berjualan di kawasan Waduk Gajah Mungkur. Tapi setelah itu saya memilih membuka warung di sini,” kata Sriyanti ketika ditemui di warungnya.

Ia mengaku penghasilannya masih tak menentu pasca-PPKM sudah longgar dan kasus Covid-19 menurun. “Mungkin karena masih baru buka ya, jadi belum begitu ramai. Tapi sudah bersyukur bisa buka warung lagi,” ujar Sriyanti.

Namun, dua pedagang itu mengaku mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah. Suparti misalnya, selama lapaknya tutup itu mendapat bantuan langsung tunai (BLT) Rp1,2 juta.

Baca Juga : 10 Berita Terpopuler: Pangeran Samudro – Misteri Lapas Nusakambangan

“Dulu saya ingatnya dapat Rp1,2 juta dari [yang diserahkan melalui] polisi. Selain dapat uang, saya juga dapat sembako,” ucapnya.

Sriyanti juga menerima bantuan. Namun nilainya berbeda dari Suparti. Ia mengaku mendapat Rp300.000. Ia menduga perbedaan nominal itu karena ia juga membuka warung sejenis di rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya