SOLOPOS.COM - Ganjar Pranowo (JIBI/Solopos/Dok)

Pendirian pabrik semen di pegunungan Kendeng dikomentari sinis oleh netizen.  

Solopos.com, REMBANG – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mendapati banyak protes dari kalangan pengguna media sosial. Politisi PDIP ini dianggap tutup mata dengan konflik pendirian pabrik semen di pegunungan karst Kendeng, Rembang, Jawa Tengah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Blogger Solo, Blontank Poer turut mengomentari kicauan akun @purplrebel yang membicarakan protes pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Rembang.

Dengan nada keras, Blontank menyebut Gubernur tak akan menggubris apapun yang terjadi di Rembang. lha mbok dimensyen nganti sing mensyen modar, gubernure ki ya tetep milih pabrik semen. rakyat ki dubutuhake pas coblosan thok,” tulisnya di akun Twitter @blontankpoer, Kamis (19/3/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Sebelumnya, @purplerebel mengatakan “Salah satu ibu2 Rembang cerita saat aksi diangkat 4 aparat dan dibanting sampai pingsan. Demi 50rb/hari??Otak???!”

Kicauan serupa yang diungkapkan akun ini memang banyak disuarakan sejumlah akun lain di berbagai media sosial. Bahkan protes pembangunan pabrik sudah disuarakan dalam berbagai cara mulai dari pembentukan grup di media sosial, komunitas hingga petisi online.

Mendiang seniman Solo, Slamet Gundono, menjadi salah satu tokoh yang turut menyuarakan keprihatinnya atas keadaan di pegunungan Kendeng. Dalam salah satu pementasannya di Stasiun Sangkrah, 8 Oktober 2011 silam, Gundono mengatakan negara telah mengabaikan petani dan lebih menggenjot pembangunan besar-besaran oleh industri besar.

Pembangunan ini yang disebutnya telah banyak merusak alam dan mengabaikan kearifan lokal masyarakat setempat.

Protes Ibu-Ibu

Situs Mongabay sempat mengulas polemik pendirian pabrik di kawasan pegunungan Kendeng itu. Sementara kantor berita Antara mengulas aksi protes yang dilakukan para ibu di Rembang.

Diceritakan Antara, para ibu sudah 273 hari bertahan di tenda terpal di lokasi pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di pegunungan karst Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, Selasa (17/3/2015) lalu.

Tapi suara mereka tampaknya belum didengar. Pembangunan pabrik masih berjalan. Alat-alat berat masih menjelajahi area pembangunan pabrik, menghamburkan debu-debu yang seolah ikut meredam suara mereka.

Sukinah bersama ibu-ibu lain melanjutkan usaha mereka di Jakarta, mendatangi kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Markas Besar Polri, Balai Kota DKI Jakarta, Komisi Yudidial, Mahkamah Agung, sampai Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengadukan perusakan “ibu pertiwi” mereka.

“Ibu pertiwi sayang anaknya. Dia sudah begitu baik dengan kita. Apa yang kami tanam akan tumbuh, kami dikasih tanah yang subur, kalau kami bubuti dia akan diam saja. Kami seorang ibu bisa merasakan sakitnya kalau dirusak. Kenapa tidak ingat dengan ibu kita yang sudah begitu baik,” kata Sukinah.

“Kami berharap pemerintah memperhatikan lingkungan dan alam kami yang dirusak. Pertanian seharusnya diprioritaskan, jangan nanti Indonesia malah impor bahan pangan padahal negara kita kan subur. Seharusnya kita justru bisa ekspor, tanah subur begitu indahnya kok dirusak,” katanya.

“Kami ingin mempertahankan ibu pertiwi ini.”

Ibu-ibu itu berada di barisan terdepan warga Rembang dalam upaya melindungi lingkungan tempat tinggal dari kerusakan. Demi melindungi kawasan karst Kendeng Utara, mereka rela meninggalkan anak dan suami di rumah dan tidur di tenda, dan kadang menjadi korban kekerasan aparat.

“Saya aksi sama teman-teman memblokir jalan di pintu masuk arah menuju tapak pabrik. Saya diangkat empat aparat lalu dilempar kemudian dipukul,” kata Murtini, salah satu peserta aksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya