SOLOPOS.COM - Petani berjalan di pematang sawah ditanami kedelai di Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Kamis (18/8/2022). Pemerintah pusat menargetkan Indonesia bisa swasembada kedelai 2024. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENPetani kedelai di Klaten dibuat pusing kondisi cuaca yang tak menentu. Pasalnya, hujan yang mengguyur saat kemarau membuat produktivitas kedelai menurun, bahkan bisa membuat tanaman mati.

Ketua Kelompok Tani Mardi Tani Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Slamet Raharjo, 52, mengatakan ada sejumlah kendala yang dialami para petani kedelai di desanya. Dari pengalaman sebelumnya, kualitas benih bantuan dari pemerintah daya tumbuhnya kurang bagus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengiriman benih bantuan terkadang terlambat. Rata-rata petani menukar benih bantuan pemerintah ke pedagang benih dengan tambahan biaya Rp5.000 per kg.

Selain itu, faktor cuaca yang tak menentu menjadi hambatan petani untuk tanam kedelai. Dia mencontohkan seperti pada musim tanam kali ini.

Penanaman kedelai mundur dari biasanya. Penanaman kedelai yang biasanya sudah dimulai pada bulan Mei mundur sebulan yakni pada Juni gara-gara masih tingginya curah hujan saat awal kemarau.

Baca Juga: Produktivitas Kedelai Lebihi Target, Cawas Dilirik Jadi Soybean Village

“Kalau pengiriman benih bantuan pemerintah tahun ini sebenarnya tepat waktu. Tetapi, penanamannya mundur karena curah hujan masih tinggi. Cuaca tidak mendukung. Tanam kedelai yang baik itu pada Mei. Kalau sudah memasuki Juli baru tanam, itu hasilnya tidak bagus [mendekati musim hujan],” kata Slamet saat ditemui di sela kegiatan panen kedelai di Burikan, Kamis (18/8/2022).

Slamet menjelaskan hujan yang masih mengguyur saat kemarau membuat kualitas tanaman kedelai menurun. Bahkan, tanaman kedelai bisa mati hingga membuat petani harus menanam ulang lahan pertanian mereka.

“Tanaman kedelai kalau belum tumbuh daun dan diguyur hujan, biasanya mati. Akhirnya disulam [ditanami benih kedelai lagi]. Tahun ini saya menyulam tanaman sampai tiga kali. Ada bantuan benih dari pemerintah untuk menyulam tanaman kedelai,” kata Slamet.

Soal pemasaran, Slamet menuturkan petani di Burikan sudah bekerja sama dengan salah satu perusahaan yang bersedia membeli kedelai petani. Berdasarkan pengalaman 2021, petani di Burikan mengirim 80 ton kedelai ke perusahaan itu dari total luasan sekitar 90 ha.

Baca Juga Petani Klaten Pernah Coba-Coba Tanam Kacang Hijau, Hasilnya Mengagetkan

“Harga dibeli di atas pasaran. Saat itu dihargai Rp11.900 per kg. Kalau di pasaran umumnya terutama untuk kedelai tahu-tempe, harga jualnya Rp11.300 per kg-Rp11.500 per kg,” jelas dia.

Soal hasil panen tahun ini, Slamet mengatakan belum bisa diketahui lantaran petani baru memasuki proses panen. Dia berharap petani mendapatkan bantuan dari pemerintah soal penjualan hasil tanam mereka.

“Harapan dari petani itu harga pascapanen juga harus naik,” jelas dia.

Selain itu, dia berharap ada benih kedelai yang bisa tahan dengan kondisi cuaca tak menentu. Dengan cara itu, petani tak dibuat merugi lantaran harus menyulam lahan gegara diguyur hujan.

Baca Juga: Kementan Targetkan Swasembada Kedelai Pada 2026

Salah satu petani Desa Burikan, Boy Kardiyanto, 50, mengatakan menanam kedelai di tiga patok lahan atau masing-masing patok seluas 2.018 meter persegi.

“Hasil panen tahun ini alhamdulillah lebih baik dari pada tahun kemarin,” kata dia.

Boy menjelaskan tahun lalu hasil panen kedelai menurun lantaran faktor cuaca serta hama yakni tikus. Kedelai yang ditanam Boy diserang tikus hingga hasil panen yang dia peroleh tak bisa maksimal.

“Tahun kemarin hanya dapat Rp2,7 juta untuk tiga patok. Alhamdulillah tahun ini serangan tikus berkurang. Memang saat tanam kedelai tahun ini hujan turun dan banyak yang membusuk. Tetapi masih bisa diatasi. Soal hasil panen tahun ini, kami belum bisa mengetahui nilainya karena masih dalam tahap panen,” kata dia.

Baca Juga: Targetkan Produksi 1 Juta Ton Kedelai 2022, Ini Strategi Pemerintah

Sementara itu, total luas lahan pertanian yang sudah ditanami kedelai tahun ini mencapai 1.211 ha. Rencananya, ada penambahan luas lahan pertanian ditanami kedelai sebesar 179 ha. Sementara, lahan kedelai yang sudah memasuki panen sebanyak 190 ha dengan hasil ubinan atau perkiraan hasil panen sebesar 2,97 ton per ha.

Desa Burikan, Kecamatan Cawas menjadi salah satu sentra produksi kedelai di Klaten. Luas tanam kedelai di desa itu sekitar 200 ha. Dari luasan itu, ada lahan demplot seluas 10 ha ditanami kedelai yang mendapatkan pendampingan dari UGM.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti, menjelaskan program pendampingan dari UGM bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai. Dia menjelaskan UGM menerapkan sistem smart agriculture enterprise (SAE).



“Jadi dari UGM memasang alat di lahan pertanian untuk mengukur cuaca, arah angin, dan sebagainya. Dari alat itu harapannya ketika tindakan budi daya bisa dilakukan secara tepat,” kata Widiyanti.

Baca Juga: Inovasi dan Teknologi Penarik Kaum Muda Menekuni Pertanian

Pendampingan UGM itu disebut-sebut terbukti meningkatkan produktivitas kedelai. Dari semula angka produktivitas berkisar 1,5 ton per ha hingga 1,6 ton per ha. Pada musim panen kali ini mencapai 3,4 ton per ha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya