SOLOPOS.COM - Ilustrasi tersambar petir. (wikipedia)

Cuaca ekstrem berupa awan cumulonimbus mungkin terjadi di DIY.

Harianjogja.com, SLEMAN — Gulungan awan berbentuk topan sempat terjadi di wilayah Sleman. Awan terlihat seperti huruf T tersebut banyak terlihat di wilayah Sleman dan Kulonprogo bagian Utara.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Baca Juga : CUACA EKSTREM : Awas! Awan Berbentuk Topan Mungkin Terjadi di DIY

Menurut  Kepala Kelompok Operasional Stasiun Klimatologi Mlati -Yogyakarta Djoko Budiyono, di wilayah Indonesia awan ini umumnya muncul pada waktu pancaroba atau transisi musim. Termasuk di DIY awan ini saat ini banyak muncul. Terutama di wilayah Sleman dan Kulonprogo wilayah Utara.

“Ciri-cirinya, pagi hingga siang kondisi cerah dan panas . Saat siang menjelang sore muncullah awan dengan gumpalan hitam. Inilah awan CB atau cumulonimbus,” papar Djoko kepada Harianjogja.com, Rabu (8/3/2017).

Untuk saat ini, lanjut Djoko, intensitas hujan di wilayah DIY mulai menurun dan segera masuk pancaroba. Kondisi tersebut diharapkan agar warga meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi munculnya awan CB ini. Sialnya, kemunculan awan CB ini sulit diprediksi dan bisa muncul di mana saja.

“Awan CB memang awan yang kemunculannya perlu diwaspadai karena bila intensitasnya kuat bisa menghasilkan puting beliung, petir, angin kencang, hujan es, hujan lebat, walaupun durasinya pendek 1-3 jam,” pesannya.

Pihaknya mengimbau agar masyarakat dapat belajar mengenali tanda-tanda akan  terjadinya hujan lebat disertai angin kencang. Termasuk cuaca yang bisa menimbulkan puting beliung, agar masyarakat bisa waspada.

Indikasi terjadinya hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat:

– Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
– Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)
– Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis – lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu – abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
– Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
– Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.
– Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri.
– Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.
– Jika 1 – 3 hari berturut – turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.

Sifat-sifat putting beliung/angin kencang berdurasi singkat:

– Sangat lokal.
– Luasannya berkisar 5 – 10 km.
– Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit.
– Lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba).
– Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari.
– Bergerak secara garis lurus.
– Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0,5 – 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan <50 %.
– Hanya berasal dari awan Cumulonimbus (bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya), tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan puting beliung.
– Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama.
SUMBER BMKG DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya