SOLOPOS.COM - Bendera China dikibarkan di lapangan Tiananmen untuk menyambut the Belt and Road Forum atau KTT Jalur Sutra, di Beijing, China. (Bisnis-Reuters)

Solopos.com, JAKARTA — China memperingatkan Organisasi Perjanjian Atlantik Utara atau NATO bahwa mereka tidak akan tinggal diam dalam menghadapi tantangan apa pun yang menggambarkan potensi ketegangan meningkat. Sementara itu, Amerika Serikat atau AS meyakinkan sekutunya untuk mengambil pendekatan lebih keras ke negara Asia itu.

Dilansir Bloomberg, Selasa (15/6/2021), menurut sebuah pernyataan resmi diposting misi China untuk Uni Eropa, Beijing tidak menimbulkan tantangan sistemik ke negara mana pun dan NATO tidak boleh melebih-lebihkan kekuatan militer negara itu. Pernyataan itu juga mendesak NATO untuk mendorong dialog dan kerja sama, dan mengatakan blok itu harus bekerja untuk menjaga stabilitas internasional dan regional.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Komentar dari Beijing muncul setelah Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa aliansi tersebut prihatin dengan kebijakan koersif China, yang bertentangan dengan nilai-nilai fundamental dalam Perjanjian Washington yang menjadi dasar blok tersebut. Dia mengutip persenjataan nuklir negara yang berkembang pesat, kerja sama militer dengan Rusia dan penggunaan disinformasi.

Baca Juga: Ditantang Debat Terbuka soal TWK, Firli Bahuri Absen

Komunike yang dirilis setelah pertemuan Organisasi Perjanjian Atlantik Utara alias NATO menyebutkan China sebanyak 10 kali, dibandingkan dengan hanya sekali setelah KTT terakhir pada 2019. Sedangkan Rusia disebut lebih dari 60 kali tahun ini. Dokumen itu juga mengatakan bahwa blok tersebut mempertahankan dialog konstruktif dengan China jika memungkinkan.

Washington telah berusaha untuk membangun front persatuan untuk menangani Beijing, meskipun Presiden Joe Biden menerima kecaman pada pertemuan Kelompok Tujuh (G7) selama akhir pekan lalu.

Biden Hadapi China

Biden telah mendorong kelompok itu untuk menghadapi China pada topik-topik seperti kerja paksa dan pelanggaran hak asasi manusia, dan pada rencana infrastruktur Belt and Road Initiative. Dia juga mengangkat isu China menolak akses dari luar ke laboratoriumnya untuk menentukan asal mula wabah Covid-19.

Komunike G7 menyerukan studi tepat waktu, transparan, dan berbasis sains yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang asal-usul penyakit tersebut.

Baca Juga: Perhimpunan Profesi Hukum Kristiani Soroti TWK KPK

Beberapa pemimpin, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, menepis kekhawatiran tentang mengubah G7 menjadi kelompok antichina. Dia menyarankan program infrastruktur apa pun yang didukung negara harus dibingkai sebagai upaya yang lebih positif dan prolingkungan.

Merkel mengatakan pada satu titik di KTT bahwa ini bukan tentang menentang sesuatu, tetapi untuk membangun sesuatu. “Ini adalah klaim G7 memiliki agenda positif bagi banyak negara di dunia, yang masih perlu mengejar ketinggalan,” kata Merkel.

China menolak KTT G7 menyusul pernyataan kedutaan besarnya di London bahwa hari-hari ketika keputusan global didikte oleh sekelompok kecil negara sudah lama berlalu.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya