SOLOPOS.COM - Warga berbincang di rumah yang ada di Dukuh Sekalus, Desa Cermo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, beberapa waktu lalu. (Madiunpos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, MADIUN — Masyarakat pedalaman hutan di Dukuh Sekalus, Desa Cermo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, harus benar-benar memperhitungkan kebutuhan pokok dan harian selama sepekan.

Hal itu karena tidak ada warung atau toko yang menjual berbagai kebutuhan pokok dan harian di kampung. Sehingga, masyarakat kampung Sekalus harus pergi ke pasar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, mereka pergi ke pasar hanya sekali dalam sepekan. Pasar terdekat dari kampung tengah hutan itu berada di Desa Cermo. Jaraknya sekitar tujuh kilometer. Kondisi jalan yang harus dilalui terjal berbatu-batu.

Baca Juga : Mengintip Sekalus, Kampung Tengah Hutan Madiun yang Dihuni 10 Keluarga

Ketua RT 035/RW 004 atau Ketua Kampung Sekalus, Warsito, 40, menuturkan warga akan membeli berbagai kebutuhan pokok dan harian selama satu pekan saat belanja ke pasar terdekat.

“Ya karena jauh dan jalannya juga sulit. Jadi tidak bisa setiap saat pergi ke pasar. Pasar yang paling dekat ya di Pasar Cermo,” jelasnya saat berbincang dengan Solopos.com, jaringan Solopos.com, di rumahnya beberapa waktu lalu.

Warsito menceritakan tidak semua warga mampu pergi ke pasar karena faktor usia. Oleh karena itu, sejumlah warga lanjut usia akan menitipkan daftar belanja kebutuhan kepada warga lain yang akan pergi ke pasar.

Baca Juga : Kisah Warga Pedalaman Hutan Madiun, Nikmati Terangnya Lampu saat Malam

Ia menyampaikan warga pergi ke pasar tidak hanya untuk berbelanja, tetapi juga berjualan hasil panen kebun dan pertanian. “Saya kalau ke pasar ya sekalian menjual hasil panen. Kadang bawa gori [buah nangka muda], sayuran, dan lainnya,” ujar dia.

Warsito kembali menceritakan perjalanan yang harus ditempuh saat hendak ke pasar. Ia bisa menghabiskan 1 liter bahan bakar minyak (BBM) untuk pergi ke pasar dan pulang. Tak hanya itu, ia mengaku sudah memodifikasi kendaraan agar sesuai dengan kondisi jalan terjal.

Warga Sekalus lainnya, Wari, 55, mengatakan biasanya menitipkan daftar belanja kepada tetangga yang ke pasar. Dia mengaku kesulitan berangkat ke pasar.

Baca Juga : Diwarnai Kartu Merah, Indonesia vs Singapura 1-1 di Babak Pertama

“Jauh dan jalannya sulit. Biasanya saya titip sama yang berangkat ke pasar,” ceritanya.

Ingin Pindah

Sebanyak 10 keluarga hidup di Kampung Sekalus sejak puluhan tahun lalu. Sebenarnya, warga setempat berkeinginan berpindah ke desa lain yang sudah memiliki akses transportasi.

Namun, keinginan itu tidak bisa terwujud karena persoalan keberlanjutan hidup. Seluruh warga Sekalus bekerja sebagai penderes pohon pinus di hutan. Itu pekerjaan yang telah ditekuni sejak dahulu hingga sekarang.

Baca Juga : Stasiun Madiun Sediakan Layanan Tes PCR Dekat Loket, Segini Harganya

Lantaran kondisi itu, mereka enggan pindah ke tempat lain. “Sebenarnya mau pindah ke desa lain. Tapi kalau pindah, saya bekerja apa. Selama ini kami kan bekerja sebagai penderes di hutan,” ungkap Wari.

Hal senada disamapaikan Warsito. Namun, keinginannya itu urung dilakukan karena merasa kasian. Banyak warga Sekalus berusia senja yang bergantung pada dirinya.

“Kalau saya pindah, kasian yang sepuh-sepuh. Di sini kebanyakan orang tua. Sedangkan yang bisa mondar mandir kan yang masih muda,” tutur dia.

Baca Juga : Hujan Deras Bukan Penyebab Utama Banjir di Madiun, Ini Penjelasan BPBD

Sebenarnya, banyak warga Sekalus yang pindah ke desa lain. Salah satunya, Supriyono, 29. Supriyono tinggal bersama istrinya di Desa Kepel, Kecamatan Kare.

Dia mengaku 24 tahun tinggal di Sekalus. Supriyono mengakui hidup di Sekalus berat. Salah satunya karena akses transportasi sangat sulit dan tidak ada aliran listrik kala itu.

“Saya dulu kalau mau ngisi baterai HP [handphone] ya harus ke Poleng. Tiga hari sampai empat hari sekali ngisi baterai HP,” ceritanya.

Baca Juga : Cerita Kakek 79 Tahun Penjual Burger Keliling di Sleman



Supriyono bekerja serabutan di Desa Kepel saat ini. Meski sudah pindah rumah, dia mengaku kerap berkunjung ke Sekalus untuk mengunjungi saudara-saudaranya. “Paman saya di sini. Saya sering ke sini.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya