SOLOPOS.COM - Permukiman di Demak dikepung air laut. (Detik.com)

Solopos.com, DEMAK – Abrasi yang terjadi di pesisir pantai utara Jawa Tengah, khususnya di wilayah Kabupaten Demak sudah sangat memprihatinkan. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, Demak diprediksi tenggelam dalam 10-20 tahun ke depan.

Dampak abrasi paling parah terjadi di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Pengikisan tanah oleh air laut itu telah menenggelamkan dua dukuh di Desa Bedono, Kecamatan Sayung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sampai saat ini, abrasi masih menjadi momok bagi warga Desa Bedono yang selalu terkena banjir rob setiap air laut pasang. Warga Dukuh Mondoliko, Desa Bedono, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, sudah lama menuntut relokasi karena akses keluar masuk satu-satunya ke perkampungan selalu terendam rob dari sore hingga dini hari.

Jalan dengan panjang 1,5 meter dan lebar 3 meter yang terbuat dari beton itu selalu terendam air laut saat pasang. Hal tersebut sudah terjadi sejak 10 tahun terakhir.

"Warga Dukuh Mondoliko minta direlokasi. Karena akses satu-satunya ke dusun itu kerap tergenang rob," kata Kades Bedono, M Agus Salim pada, Selasa (2/3/2021), seperti dilansir dari Detik.com, Jumat (28/5/2021).

Baca juga: Unik! Kuliner Gule Goreng Cuma Ada di Solo, Pernah Coba?

Akses Jalan Hilang

Ketua RW 2 Dukuh Mondoliko, Desa Bedono, Sukiyo, mengatakan, banyak warganya yang sudah pindah akibat kondisi tersebut. Saat ini ada sekitar 60 keluarga yang tinggal di tanah abrasi wilayah Demak tersebut.

Sukiyo menambahkan, akses jalan yang selalu terendam rob itu dulunya adalah jalan menuju ke sawah. Sementara jalan raya yang biasa dilalui warga, yakni jalan raya kabupaten yang menghubungkan ke Genuk-Semarang sudah terputus sejak 2011 karena menjadi lautan.

Baca juga: Cerita Pasijah 11 Tahun Jadi Penjaga Desa Tenggelam di Demak: Dilindungi Mbah Mudzakir

Abrasi di Demak

Bukan hanya warga Desa Bedono, Kecamatan Sayung, yang merasakan rob akibat abrasi pesisir Demak. Rob juga terjadi di Desa Morodemak, Kecamatan Bonang. Hal ini terjadi akibat penurunan permukaan tanah dan abrasi.

Meski demikian sejumlah warga tetap memilih bertahan di sana walaupun rob terus mengusik. Salah satu cara yang dilakukan warga untuk menghindari rob adalah meninggikan rumah hingga 1 meter. Ada pula yang memilih mengungsi ke rumah kerabat yang aman saat rob melanda.

Saat sedang surut, air rob di Desa Morodemak tingginya sekitar satu ban sepeda motor. Namun saat sedang pasang tingginya bisa mencapai 1,5 meter.

Baca juga: Pesona Bedono, Desa yang Tenggelam Jadi Lautan di Demak

Abrasi yang terjadi di pesisir pantura Jawa Tengah setidaknya berdampak pada empat kecamatan di Demak, yakni Sayung, Karantengah, Bonang, dan Wedung. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Kabupaten Demak 2020 sekitar 1.473 hektare tanah di demak terdampak abrasi yang diduga terjadi akibat reklamasi di Kota Semarang.

Reklamasi Semarang

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak, Agus Nugroho, mengatakan reklamasi atau pengurukan pantai di Kota Semarang merupakan salah satu faktor terjadinya abrasi dan rob di Demak. Selain itu ia menyebut abrasi juga diakibatkan terjadinya penurunan permukaan tanah sekitar 10-15 cm per tahun dan sedimentasi.

Kepala Dinlutkan Demak, M Fathkurohman, menjelaskan daerah yang terdampak rob di Demak pada 2020 luasnya sekitar 2.935,20 hektare. Rob paling parah terjadi di wilayah Kecamatan Sayung dengan luas 2.553,60 hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya