SOLOPOS.COM - Mobil Uji Tanah milik Petrokimia Gresik saat melayani proses pengujian di Kabupaten Madiun. (Istimewa/Petrokimia Gresik)

Solopos.com, MADIUN — Raut wajah Supriadi, 39, nampak bahagia saat menceritakan hasil sawahnya yang baru dipanen pekan lalu. Satu kotak sawahnya bisa menghasilkan hingga 1,2 ton padi. Padahal pada masa tanam sebelumnya, satu kotak hanya menghasilkan sekitar 600 kg atau 6 kuintal.

Petani di Desa Dimong, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, itu mengatakan sudah dua kali masa tanam, hasil sawahnya bisa maksimal. Perubahan itu berawal saat dirinya mulai dikenalkan Mobil Uji Tanah (MUT) dari PT Petrokimia Gresik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perkenalannya dengan MUT itu bermula dari sosialisasi yang dilakukan petugas Petrokimia Gresik terkait pemupukan lahan. Kala itu, petugas memperkenalkan sebuah inovasi berupa mobil pengujian tanah. Supriadi pun langsung tertarik untuk mencoba memanfaatkan fasilitas itu.

“Saya dan beberapa petani di Dimong kemudian mengajukan untuk pengujian tanah menggunakan MUT,” kata dia yang ditemui Solopos.com di rumahnya, Kamis (24/11/2022).

Beberapa hari kemudian, petugas dari PT Petrokimia Gresik datang dengan membawa MUT. Saat itu, ada 25 petani yang membawa sampel untuk diuji.

Baca Juga: Gaji Naik Rp2,5 Juta/Bulan, Jumlah Pendaftar PPK di Kota Madiun Membeludak

Petugas kemudian mengambil sampel tanah itu dan diproses melalui alat pengujian. Setelah itu, akan diketahui kondisi tanah yang diuji. Dari proses itu akan muncul hasil analisa berupa kondisi lahan sawah, seperti kondisi pH tanah, Nitrogen, Fosfat, dan Kalium. Setelah itu muncul rekomendasi terkait pemupukan. Mulai dari jenis pupuk hingga dosis yang diperlukan tanah. Rekomendasi ini akan menjadi panduan bagi petani dalam pemupukan di lahan mereka.

Dengan mengetahui unsur hara tanah, Supriadi mengaku lebih mudah dalam melakukan pengolahan lahan. Karena ia tahu bagaimana tingkat keseburan tanah dan kebutuhan pupuk apa yang diperlukan. Selain itu, pemberian pupuk pun bisa berimbang.

Sebelum mengenal pengujian tanah ini, Supriadi dan para petani di desanya menggunakan cara pengolahan lahan dan pemupukan tanaman secara serampangan. Bukan hanya itu, pemberian pupuk pun tidak ada pegangan. Artinya, pupuk apa saja, seperti Urea, Phonska, ZK, dan lainnya, semua disebar, tanpa tahu kadar yang tepat sesuai kebutuhan lahan dan tanaman.

“Sebelumnya, saya memberikan pupuk ya sembarangan, kalau saya menyebut ya ngawur. Karena memang tidak ada ilmunya. Tidak tahu kebutuhan lahan dan tanaman padi itu apa saja. Jadi semua pupuk disebar. Ya hanya mengandalkan insting dan kebiasaan,” terangnya.

Baca Juga: Wow! Capai Target, PAD dari Sektor Pariwisata di Magetan Tembus Rp15,3 Miliar

Sistem pemberian pupuk semacam ini hanya membuat biaya perawatan tanaman menjadi sangat mahal. Dia menghitung biaya pembelian pupuk untuk lahan satu kotak yakni antara Rp1,5 juta hingga Rp2 juta.

Namun, setelah mengetahui unsur hara tanah dan kebutuhan pupuk bagi tanaman, dia mengaku bisa menghemat biaya pemupukan hanya Rp1 juta. Dia mengaku membeli pupuk non-subsidi, karena jatah pupuk subsidi yang didapatkan sangat sedikit.

“Komposisi pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi dari MUT. Jadi, saya tahu takaran-takarannya. Itu yang bikin menghemat. Kalau dulu, tanaman kurang gemuk, langsung disebar pupuk. Padahal kita enggak tahu kebutuhan tanaman itu apa,” jelasnya.

Dengan komposisi pemberian pupuk yang tepat, kata dia, berdampak pada hasil tanaman. Saat dipanen, satu kotak lahan bisa menghasilkan padi sekitar 1 ton hingga 1,2 ton. Padahal sebelum menggunakan pola pemupukan tersebut, satu kotak lahannya hanya menghasilkan sekitar 600 kg padi.

Baca Juga: Pemkab Nganjuk Gandeng ISI Surakarta untuk Perkenalkan Keris kepada Masyarakat

“Saya sangat senang, hasil padi bisa maksimal. Itu peningkatkan yang sangat tajam,” ujar dia.

Cerita serupa juga disampaikan Muslimin, petani asal Desa Dimong. Pria berusia 43 tahun itu mengaku sudah puluhan tahun sebagai petani. Namun, baru kali ini lahannya bisa menghasilkan panen secara optimal.

Baginya, mengenal metode penanaman dengan mengetahui unsur hara tanah ini menjadi hal baru dan sangat menguntungkan. Bagi petani yang setiap hari bergelut di sawah, Muslimin mengaku tidak tahu banyak tentang teknologi pertanian.

Selama ini, cara yang digunakan untuk memberikan pupuk di lahan maupun tanaman padi sesuai tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun. Saat padi kurang gemuk, ia akan memberikan pupuk sesuai perkiraan. Kondisi ini membuat biaya pemupukan menjadi membengkak dan sangat tinggi.

Baca Juga: Kronologi 2 Bocah Kakak Beradik Meninggal Tenggelam di Sungai Pamekasan

“Saya pakainya pupuk subsidi. Itu kalau jatah pupuk subsidi kurang ya beli yang non-subsidi. Membengkaknya di situ, karena pemupukannya ngawur. Tetapi saat sudah dilakukan uji tanah, pupuk bisa ditekan sesuai kebutuhan. Bahkan, kebutuhan pupuk itu bisa dipenuhi dari pupuk subsidi,” terangnya.

Untuk hasil panen, lanjut Muslimin, sebenarnya tidak jauh berbeda dari sebelum ada pengujian tanah. Namun, ia bisa lebih menghemat biaya pemupukan yang sebelumnya sangat memberatkan.

Proses Pengujian

PT Petrokimia Gresik menempatkan satu unit Mobil Uji Tanah di wilayah Jawa Timur bagian barat yang meliputi Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Ponorogo, Pacitan, Ngawi, Magetan, Trenggalek, Nganjuk, hingga Blitar.

Mobil ini setiap hari keliling dari satu titik ke titik, sesuai permintaan pengujian tanah. Selain melakukan pengujian tanah, petugas pun sekalian melakukan sosialisasi kepada para petani terkait pemupukan berimbang.

Agronomis Mobil Uji Tanah Petrokimia Gresik, Doni Presila, mengatakan mobil ini membawa sejumlah alat untuk pengujian tanah, seperti Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), dan alat pH digital. Namun, yang kerap digunakan adalah PUTS untuk mengetahui unsur hara tanah seperti C Organik, pH, Nitrogen (N), Fosfat (P), dan Kalium (K).

Baca Juga: Cerita Jokowi Soal Ide Pendirian Asrama Mahasiswa Nusantara di Surabaya

Mengenai proses pengujian tanah, kata dia, petani membawa sampel tanah yang akan diujikan. Karena dalam satu kali pengujian, biasanya ada beberapa petani yang membawa sampel, jadi membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Satu sampel tanah biasanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Untuk pengujian satu hektare lahan itu diambil satu sampel,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (21/11/2022).

mobil uji tanah
Petugas dari Petrokimia Gresik sedang melakukan pengujian tanah. (Istimewa/Petrokimia Gresik)

Sembari menunggu pengujian selesai, petugas dari Petrokimia bersama petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) setempat melakukan sosialisasi terkait pemupukan berimbang. Para petani juga dijelaskan mengenai rekomendasi yang dikeluarkan dari hasil pengujian ini. Melalui rekomendasi ini, petani memiliki acuan pemupukan lahan. Sehingga petani tidak sembarangan lagi dalam memberikan pupuk.

Setelah pengujian selesai, data tersebut selanjutnya akan diolah oleh tim riset Petrokimia Gresik. Dibutuhkan waktu sekitar sepekan untuk mengetahui hasil pengujian itu. Hasil pengujian itu nantinya muncul rekomendasi yang berisi pemberian jenis pupuk dan dosis.

Baca Juga: Tak Hanya Satai, Ini 3 Rekomendasi Kuliner Khas Ponorogo



“Semisal dari rekomendasi itu muncul kondisi tanah unsur Fosfatnya terlalu tinggi, maka nanti pupuk yang direkomendasikan apa dan kadarnya berapa. Begitu juga saat diketahui pH tanah kurang, maka direkomendasikan untuk diberikan kapur pertanian,” terang Doni.

Dia menyampaikan kondisi setiap tanah memang berbeda-beda, sehingga penanganannya pun disesuaikan hasil rekomendasi.

Doni menyarankan pengujian tanah ini bisa dilakukan setiap kali akan melakukan pengolahan lahan atau sebelum masa tanam. Menurut dia, rekomendasi untuk pengolahan tanah sangat penting supaya penanaman bisa dilakukan secara maksimal.

Account Executive PT Pupuk Indonesia wilayah Madiun Raya, Muhammad Fajar Ismail, menambahkan mengetahui unsur hara tanah menjadi pintu masuk untuk menanam padi. Tanah menjadi faktor utama dalam budi daya tanaman padi.

“Mengetahui unsur hara tanah dan memberikan pupuk yang berimbang ini bisa menentukan produktivitas pertanian,” ujar dia Fajar beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Mengenal Putri Gempa, Perempuan Pejuang Lingkungan di Ponorogo

Permasalahan mendasar sebagian petani selama ini cenderung hanya memanfaatkan pupuk basic  Urea atau N. Padahal kebutuhan unsur hara tanah bukan hanya N saja, tetapi juga membutuhkan kandungan lain supaya tanah itu bisa seimbang.

Dengan mengetahui kebutuhan tanah, kata dia, pemupukan bisa lebih efisien. Tujuannya tetap pada hasil pertanian bisa lebih optimal.

Beroperasi Sejak 2015



SVP Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia (Persero), Wijaya Laksana, mengatakan Mobil Uji Tanah ini telah dioperasikan sejak 2015. Mobil ini pertama kali dioperasikan Petrokimia Gresik yang merupakan anak perusahaan Pupuk Indonesia.

Mobil Uji Tanah ini, kata Wijaya, kini telah dioperasikan di berbagai daerah. Perusahaan pelat merah ini memiliki Mobil Uji Tanah sebanyak 24 unit yang tersebar di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Baratm Banten, DKI Jakarta, Bali-Nusa Tenggara, Sulawesi-Maluku-Papua, Kalimantan, Sumatera bagian selatan, dan Sumatera bagian utara.

Dari 24 unit itu, sebanyak 15 unit merupakan milik Petrokimia Gresik, empat unit milik Pupuk Kaltim, satu unit milik Pupuk Kujang Cikampek, tiga unit milik Pupuk Sriwidjaja Palembang, dan satu unit milik Pupuk Iskandar Muda.

Baca Juga: Tagana Madiun Bikin 100 Kg Sambal Pecel untuk Dikirim ke Korban Gempa Cianjur

“Mobil Uji Tanah ini merupakan sebuah inovasi dari Pupuk Indonesia Group yang bertujuan mempermudah petani khususnya dalam memilih pupuk yang cocok untuk pertaniannya,” jelas Wijaya dalam keterangan tertulis kepada Solopos.com, Selasa (29/11/2022).

Mobil ini, kata Wijaya, bermanfaat untuk memberikan rekomendasi dosis pemupukan sesuai dengan pengumpulan database status hara tanah. Pengujian ini juga mengubah pola budi daya dengan menerapkan pemupukan berimbang atau dosisi pupuk sesuai yang direkomendasikan berdasarkan status hara tanah.

“Tentu keuntungan bagi petani ya ada peningkatan produktivitas tanaman,” ujar dia.

Meski sudah mulai dioperasikan sejak 2015, namun Mobil Uji Tanah ini tercatat baru melayani para petani di wilayah Madiun dan sekitarnya pada 2019. Hal itu disampaikan Account Executive PT Pupuk Indonesia wilayah Madiun, Muhammad Fajar Ismail.

Baca Juga: Cek Namamu! 55.454 Keluarga di Ponorogo Bakal Terima STB TV Digital Gratis



“Di Kabupaten Madiun, MUT ini sudah menjangkau 15 kecamatan. Namun, memang belum semua desa, tergantung permintaan dari petani,” ujar Fajar.

Inovasi Mobil Uji Tanah ini pun mendapat apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Madiun. Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sodik Heri Purnomo, mengatakan inovasi dari Petrokimia Gresik melalui Mobil Uji Tanah ini menjadi langkah yang positif dan bermanfaat bagi petani. Diharapkan petani tidak lagi sembarangan dalam memberikan pupuk terhadap tanaman, tetapi didasarkan pada kebutuhan lahan.

Menurut dia, langkah ini bisa menjadi titik awal untuk mengubah pola pikir para petani dalam metode pemupukan yang selama ini dilakukan.

“Kami selama ini juga bekerja sama dengan Petrokimia Gresik terkait pemanfaatan Mobil Uji Tanah ini. Program ini berdampak positif, karena memang kebutuhan lahan berbeda-beda. Jadi, rekomendasi yang dikeluarkan mobil uji itu bisa dijadikan pegangan petani,” jelas dia saat dihubungi, Rabu (30/11/2022).

Baca Juga: Miliki Alam Indah, Wagub Jatim Ajak Warga Soloraya Berwisata ke Madiun Raya

Sodik pun memerintahkan kepada petugas PPL di wilayah masing-masing untuk menjaga kualitas lahan yang telah diuji. Salah satunya dengan melakukan pengujian secara periodik.

Pengujian Diharap Kontinu

Bagi petani seperti Supriadi dan Muslimin yang telah merasakan manfaat dari pengujian tanah ini memiliki banyak harapan. Sejak ada pengujian unsur hara tanah, kedua petani ini memiliki secercah harapan berkarya di bidang pertanian. Minimal, permasalahan terkait pupuk terselesaikan. Karena salah satu kendala yang dialami petani selama ini pemberian pupuk yang terlalu berlebih.

Supriadi berharap proses uji tanah ini bisa dilakukan secara berkelanjutan. Yakni setiap menjelang masa tanam, lahan sawah bisa diuji terlebih dulu. Rekomendasi yang dikeluarkan sangat bermanfaat sebagai pegangan petani dalam memberikan dosis pupuk pada tanaman.



pertanian madiun
Seorang petani sedang merawat tanaman padi di sawahnya di lereng Gunung Wilis, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, beberapa waktu lalu. (Abdul Jalil/Solopos.com)

“Saya berharap pengujian tanah ini bisa dilakukan terus. Jadi petani bisa tahu kondisi tanah dan pupuk apa yang pas untuk diberikan,” ujar Supriadi.

Terkait aspirasi dari para petani, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Madiun, Sodik Heri Purnomo, mengatakan sebenarnya di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan sudah memiliki alat uji tanah. Namun, alat yang dimiliki memang lebih sederhana dan tidak selengkap milik Petrokimia Gresik.

Baca Juga: Berikut Ini Deretan Motif Batik Khas Madiun, Ada Songsong hingga Porang

Sodik bahkan berencana akan membeli alat pengujian tanah yang lengkap untuk memberikan pelayanan kepada petani. Karena, menurut dia, penyadaran terhadap pola tanam perlu dilakukan.

“Alat uji tanah yang dimiliki BPP tentu akan dimaksimalkan. Kalau alat itu memang mendesak, tentu akan kita usulkan pembelian alat uji tanah itu tahun depan,” jelas Sodik.

Jadi Lumbung Pangan

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Kabupaten Madiun merupakan salah satu daerah dengan produksi padi tertinggi di Jawa Timur. Pada 2021, Kabupaten Madiun menduduki peringkat ke-7 se-Jatim sebagai daerah produksi tertinggi sebanyak 461,7 ribu ton gabah kering giling (GKG).

Sodik menyebut pada tahun lalu Kabupaten Madiun mengalami surplus padi hingga sekitar 300.000 ton.

“Kabupaten Madiun sampai saat ini masih menjadi salah satu lumbung padi di Jawa Timur,” kata dia.

Baca Juga: Ironi Porang: Dibuang-buang di Indonesia, Jadi Beras Diet Shirataki di Jepang

Sementara itu, Bupati Madiun, Ahmad Dawami, mengatakan untuk mempertahankan surplus padi perlu dilakukan berbagai langkah yang dimulai dengan kesiapan lahan tanam. Menurutnya, lahan tanam yang baik harus diperhatikan pola pemupukan, pengairan, dan lainnya. Pengujian tanah menjadi salah satu langkah yang harus diperhatikan.

“Sejauh ini memang masih banyak petani yang melakukan penananam hanya rutinitas. Belum sadar mengenai kebutuhan tanah seperti apa, penanganannya seperti apa. Sehingga perlu referensi untuk perubahan pola pikir,” kata Bupati, Rabu (30/11/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya