SOLOPOS.COM - Hananto saat ikut misi kemanusiaan di Palu dan Donggala saat gempa beberapa tahun lalu. (istimewa)

Solopos.com, SOLO – Lebih dari 20 tahun lamanya, Hananto, warga Pucangsawit, Jebres, Solo, mengenakan seragam berwarna oranye. Pengalaman pertamanya saat bertugas dalam evakuasi bencana Tsunami di Aceh 2004 lalu.

Hananto masih berusia 21 tahun saat meninggalkan Kota Solo selama beberapa bulan untuk menjadi sukarelawan bencana tsunami. Setelah itu, diberbagai lokasi yang pernah mengalami bencana alam seperti Lombok, Palu, dan Jogja, menjadi pengalaman.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kini, pengalaman itu dijadikan bekal bagi suami Chycilia Santi Novianingsih untuk mengabdi menjadi petugas pengantar jenazah Covid-19. Menjadi petugas pengantar jenazah Covid-19 membuatnya harus selalu fokus dan menjaga diri sesuai protokol kesehatan petugas.

Inilah Sosok Nunggal Si Preman Paling Garang di Solo Selama 36 Tahun Terakhir

Terkadang, selama bertugas ia menemui kasus-kasus yang tidak masuk akal. Seperti yang terjadi pada 2014 lalu, saat ia terjun ke sungai mencari salah seorang warga yang tenggelam.

Ia mengatakan saat itu arus Sungai Bengawan Solo sangat deras. Ia memprediksi kedalaman sungai kala itu mencapai empat mete. Ia meyakini bahwa kemungkinan korban untuk selamat sangat kecil dan korban akan terbawa aliran sungai.

"Tapi kami mencoba mencari korban di sekitar lokasi jatuhnya di sungai. Saat saya menyelam, saya menemukan korban terjebak di kedalaman air. Tapi, korban tidak terbawa arus," papar Hananto saat dihubungi Solopos.com pada Rabu (3/9/2020) siang.

Kasus Tiak Akal

Ia pun berusaha mengevakuasi jasad itu. Hampir empat jam korban terjebak tanpa terbawa arus. Di kedalaman sungai, Hananto berdoa sembari mengajak jasad itu agar segera beristirahat di tempat yang nyaman. Seketika, jasad yang terjebak itu langsung terlepas dan bisa dievakuasi.

Bandel Tak Terapkan Protokol Kesehatan, Izin Usaha di Wonogiri Bakal Dicabut

Pengalaman lainnya, saat ia terjun di lokasi bencana, saat itu banyak warga yang hilang diduga tertimpa puing-puing bangunan. Di lokasi bencana seperti itu, fisik sukarelawan dipertaruhkan.

"Entah kenapa, saat saya kelelahan lalu tertidur dalam beberapa menit saya bermimpi seolah ada yang menunjukkan lokasi-lokasi korban terjebak. Setelah saya terbangun saya mencari keberadaan itu dan benar ada jasad di sana. Mungkin ini karena terlalu lelah jadi mimpi macam-macam," papar Hananto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya