SOLOPOS.COM - Rohmat Sudarmanto, 30, guru kontrak MAN 2 Karanganyar, sedang menunggu order ojek online. Dia melakoni kerja sambilan lantaran gaji guru kontrak saat yang berkurang saat pandemi Covid-19 untuk mencukupi kebutuhan keluarga. (Solopos.com/Candra Mantovani)

Solopos.com, KARANGANYAR -- Rohmat Sudarmanto, 30, duduk di salah satu kedai kopi di Desa Tuban, Gondangrejo, Karanganyar, sembari melihat gawainya, Kamis (5/11/2020) siang. Ia mengenakan jaket kuning dengan tulisan warna merah khas salah satu brand ojek online di Indonesia.

Sesekali dia mengecek Whatsapp karena ada pesan dari salah satu wali murid yang melaporkan hasil tugas yang dia berikan saat pembelajaran online. Rohmat merupakan salah satu guru tak tetap (GTT) alias honorer di MAN 2 Karanganyar yang mengajar pelajaran kesehatan jasmani.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Espos kemudian berbincang dengan pria yang sudah berkeluarga tersebut terkait pendapatannya di tengah pandemi. Dia mengaku gaji yang diterima berkurang lantaran jam pelajaran ekstrakurikuler yang dihapuskan. Sehingga, dia yang sebelumnya menerima gaji sekitar Rp900.000 menjadi hanya Rp850.000 per bulan.

Sempat Disorot UNESCO, Pemkab Karanganyar Segera Uji Coba Wisata Purbakala Museum Dayu

“Ada pengurangan, karena tambahannya itu kan biasanya mengajar ekstrakulikuler. Tapi selama pandemi ini kan sekolah sistemnya daring. Jadi ektrakurikuler dihapus sementara jadi dikurangi gajinya,” jelas dia.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, Rohmat melakoni berbagai pekerjaan sambilan. Selain menjadi driver ojek online, dia juga berjualan pakaian olahraga secara daring.

“Istri juga GTT jadi memang masih kurang, ditambah adamua pandemi ini. Makanya ojek online juga sama jualan jersey. Tapi ya pandemi begini ojek saya kadang-kadang saja, belum terlalu berani. Penjualan juga tidak terlalu bagus untuk usaha online-nya. Meskipun kurang ya dicukup-cukupkan,” terang dia.

Kades Tlobo Karanganyar Meninggal Positif Covid-19, 42 Orang Kontak Erat Tes Swab

Harap Perhatian Pemerintah

Rohmat mengakui perhatian terhadap kesejahteraan GTT selama ini masih kurang apalagi ditambah situasi pandemi. Dia berharap ada perhatian dari pemerintah seperti yang dilakukan pada sektor lainnya. “Sebenarnya kami ikhlas dengan pengabdian kami. Tapi dari hati kecil juga kadang berharap ada bantuan juga. Beberapa waktu lalu ada info bantuan dari Kemenag, namun belum cair juga sampai saat ini,” ucap dia.

Sementara itu, GTT olahraga SDN 2 Bulurejo, Aris Setiawan, mengaku sedikit beruntung lantaran gaji yang diterima sudah dari pemerintah daerah. Meskipun jam praktik berkurang, gaji yang diterima tidak dikurangi sama sekali. Namun dia juga merasa prihatin lantaran melihat banyak rekan GTT lainnya yang sudah berkeluarga harus bekerja sambilan untuk mencukupi kebutuhan hidup di tengah pandemi.

Kades Tlobo Meninggal, Dispermades Karanganyar Siapkan Penjabat Kades dari Kecamatan Jatiyoso

“Kalau saya untungnya sudah tidak digaji sekolah tapi pemerintah daerah. Dapat sebulan Rp1,2 juta per bulan. Tapi kalau teman-teman lainnya nasibnya tidak semua bagus. Ada yang harus sambilan jadi tukang bangunan, mengolah sawah, ojek, dan guru les ke sana kemari. Prihatin juga melihatnya. Saya harap GTT segera disejahterakan,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya