SOLOPOS.COM - Yayasan Gema Salam nonton bareng film Sayap-Sayap Patah bersama eks narapidana teroris (napiter) di Bioskop XXI Solo Square pada Sabtu (3/9/2022). (Istimewa/Dokumentasi Yayasan Gema Salam)

Solopos.com, SOLO — Dua saksi kerusuhan berdarah di Mako Brimob pada 8 Mei 2018 mengisahkan kembali kondisi saat pemberontakan selama 36 jam di tiga blok Lapas Mako Brimob Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Dua saksi kerusuhan 36 jam di Mako Brimob itu Sumarno dan Hasan Al Rosyid. Mereka mengingat kembali dan membagikan sedikit cerita terkait peristiwa berdarah itu seusai menyaksikan film Sayap-Sayap Patah di Bioskop XXI Solo Square, Sabtu (3/9/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Film Sayap-Sayap Patah mulai ditayangkan perdana di bioskop pada 18 Agustus 2022 ini mengangkat peristiwa kerusuhan berdarah di Mako Brimob pada tahun 2018.

Sumarno dan Hasan Al Rosyid merupakan pengurus Yayasan Gema Salam, yayasan yang intens membina para eks narapidana teroris (Napiter). Yayasan Gema Salam (YGS) mengadakan nonton bareng film tersebut pada Sabtu.

Yayasan Gema Salam mengadakan nobar film yang disutradarai Rudi Soedjarwo tersebut bersama mitra yang merupakan eks napiter.

Baca Juga : Denny Siregar Ungkap Alasan Bikin Sayap-Sayap Patah

“Acara ini kami gagas bersama Kadensus 88, Irjen Pol Marthinus Hukom,” kata Ketua Pengurus Yayasan Gema Salam (YGS), Jack Harun, melalui siaran pers yang diterima Solopos.com, Minggu (4/9/2022).

Pada kesempatan itu sembilan orang eks napiter hadir bersama keluarga. Nah, dua dari sembilan eks napiter tersebut merupakan saksi kerusuhan berdarah di Mako Brimob tahun 2018.

Saksi Peristiwa

Sumarno merupakan Bendahara YGS sedangkan Hasan Al Rosyd merupakan Sekretaris YGS. “Pak Kadensus 88 yang sekiranya turut hadir di XXI Solo Square mendadak ada tugas di Bali. Beliau tidak bisa menyertai kami,” ungkap Jack Harun.

Nobar film Sayap-Sayap Patah dimulai pukul 15.40 WIB. Jack Harun menyebut cerita pada film itu tidak seperti aslinya. Pembuat film hanya mengangkat kisah salah satu korban dari pihak Densus 88 yang menjadi korban kerusuhan Mako Brimob 2018.

Baca Juga : Dibintangi Nicholas Saputra, Trailer Sayap-Sayap Patah Resmi Rilis

“Film ini memang tidak seperti aslinya, meski demikian film ini sangat bagus untuk meng-edukasi masyarakat. Khususnya, tentang dedikasi anggota Polisi yang mempertaruhkan segalanya saat bertugas. Demi bangsa dan negara rela mempertaruhkan jiwa dan raga,” ungkap Jack Harun.

“Saya salut dan bangga dengan Polri, terutama Detasemen Khusus 88 yang sudah mewakafkan jiwa raga untuk perdamaian Indonesia. Saya salut,” imbuhnya.

Hasan Al Rosyd, salah satu saksi kerusuhan di Mako Brimob tahun 2018, buka suara tentang kondisi saat itu. Ia mengaku menyaksikan peristiwa 36 jam yang berdarah itu.

Hasan menuturkan tidak semua orang yang menjadi anggota teroris itu memiliki pemahaman yang sama. Bahkan, hasan menggunakan kata terjebak untuk menyebut orang-orang yang menjadi anggota teroris tersebut.

“Bahwa saudara-saudara yang terjebak menjadi anggota teroris itu tidak semua memiliki pemahaman sama. Ada di antara mereka yang cuma ikut-ikutan. Ada di antara mereka yang hanya terpaksa,” tutur Hasan.

Baca Juga : Profil Ariel Tatum, Lawan Main Nicholas Saputra di Sayap-Sayap Patah

Kasih Sayang

“Bahkan, ada juga yang tidak tahu menahu. Yang mana akhirnya disaat-saat tertentu hati nurani yang bicara,” imbuhnya.

Saat peristiwa kerusuhan di Mako Brimob tahun 2018 itu Hasan mengaku saat itu tidak tahu menahu apa yang terjadi. Dirinya saat itu membantu menyelamatkan seorang Polwan.

“Saat itu membantu menyelamatkan seorang Polwan. Walaupun akhirnya dipaksa pihak perusuh untuk menghentikan pertolongan tersebut atau akan dianiaya. Hingga saat itu tidak mampu berbuat apa-apa. Kejadianya sangat kompleks,” kata Hasan.

Dia berharap masyarakat dapat mengambil pelajaran dari film tersebut, yakni kesetiaan, dedikasi, pengorbanan, dan sisi lain anggota Polisi khususnya saat berinteraksi dengan terorisme.

Baca Juga : Profil Denny Siregar, Tolak Jabatan Komisaris hingga Sayap-Sayap Patah

“Film ini kalau mengangkat kisah nyata dari kejadian kerusuhan Mako Brimob secara keseluruhan tentu tidak baik, terutama bagi keluarga korban. Meski demikian film ini sudah sangat baik,” jelasnya.

Jack Harun mengajak masyarakat maupun esk napiter untuk menyaksikan film tersebut. Harapannya masyarakat dapat mengambil pelajaran berharga lewat film tersebut.



“Saya berharap kerurusan yang dipicu terorisme atau apapun, mari ciptakan kasih sayang di antara keluarga dan masyarakat. Sebab, kasih sayang adalah pondasi perdamaian. Perdamaian adalah solusi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya