SOLOPOS.COM - Uang lira Turki (Reuters/Murad Sezer)

Solopos.com, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia baru merancang redenominasi atau penyederhanaan mata uang, namun sejumlah negara telah menerapkannya. Ada yang sukses, namun ada pula yang gagal.

Seperti diberitakan Solopos.com, pemerintah di bawah komando Menteri Keuangan Sri Mulyani serius menerapkan redenominasi atau perubahan nilai mata uang. Dengan kebijakan ini, duit Rp1.000 berubah menjadi Rp1, tanpa mengurangi nilainya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat ini, di kawasan Asia Tenggara hanya Indonesia dan Vietnam yang memiliki pecahan mata uang hingga lima digit. Penyederhanaan mata uang penting diterapkan di Indonesia untuk memudahkan perhitungan uang.

Bayi Ini Lahir Bawa Alat Kontrasepsi

Dikutip dari Detik.com, negara yang sukses melakukan redenominasi mata uang adalah Turki, Rumania, Polandia, dan Ukraina. Sejak 2005, Turki meredenominasi mata uang Lira.

Proses itu dilakukan secara bertahap selama tujuh tahun dengan menghilangkan enam digit nol. Setelah redenominasi, mata uang lama (yang diberi kode TL) diganti menjadi Lira baru (dengan kode YTL). Penambahan hurif Y berarti “yeni” atau baru. Saat ini, kurs konversi untuk 1.000.000 TL adalah 1 YTL.

Pada tahap awal, mata uang lama (TL) dan mata uang baru (YTL) tetap beredar selama setahun. Setelah itu, Turki menarik mata uang TL dan menghilangkan sebutan “yeni” pada mata uang YTL. Hingga kini, warga Turki melakukan transaksi jual beli menggunakan mata uang TL dengan nilai redenominasi.

Yang Kangen Nonton Siap-Siap, Bioskop Bakal Buka Serentak 29 Juli

Selama tahap redenominasi mata uang, keadaan perekonomian Turki tetap terjaga. Sebab, negara yang beribu kota di Ankara ini sangat memerhatikan stabilitas ekonomi negerinya. Turki juga dapat mengendalikan inflasi tahun 2005 hingga 2009 di kisaran 8 persen hingga 9 persen.

Kegagalan Redenominasi karena Kepercayaan Rendah

Tak seberuntung Turki, negara-negara lain seperti Rusia, Argentina, Zimbabwe, Korea Utara, dan Brazil tercatat gagal menerapkan kebijakan redenominasi.

Mengutip Detik.com, negara-negara tersebut memberlakukan redenominasi saat kondisi perekonomian tidak stabil dan sedang terjadi inflasi tinggi.

Sri Mulyani Prioritaskan Redenominasi Rupiah Rp1.000 Jadi Rp1, Kenapa?

Rusia misalnya, sebagian besar warga negara itu menganggap redenominasi sebagai instrumen tak langsung pemerintah untuk merampok kekayaan rakyat.

Tak jauh berbeda jauh dengan Rusia, Korea Utara juga sempat melakukan redenominasi 100 won menjadi 1 won. Namun, stok uang baru tidak tersedia saat warga hendak menukarkan won lama ke won baru.

Brazil juga mengalami kegagalan saat melakukan redenominasi cruzeiro menjadi cruzado pada tahun 1986-1989. Kala itu, Pemerintah Brazil tidak mampu mengelola inflasi yang mencapai 500% per tahun.

Redenominasi Rupiah Berlanjut, Rp1.000 Bakal Jadi Rp1

Rendahnya tingkat kepercayaan rakyat terhadap pemerintah juga menjadi sumber kegagalan redenominasi mata uang di Brazil.

Kendati demikian, Brazil akhirnya sukses memberlakukan kebijakan redenominasi pada tahun 1994. Negara Amerika Latin ini berhasil menurunkan inflasi dan mampu mengingkatkan cadangan devisa negara.

Bagaimana kelanjutan redenominasi rupiah di negara Indonesia? Kita simak bagaimana Sri Mulyani dan timnya menerapkannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya